Cerita Pahit Joki Three in One Masuk Gafatar

Sumber :
  • VIVA.co.id/ Zahrul Darmawan.

VIVA.co.id - Sutinah 50 tahun, tak menyangka sama sekali jika niatnya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, akan berbuah pahit. Semua modal yang ia keluarkan untuk bisa meningkatkan taraf ekonomi justru membawanya dan keluarga ke masalah yang begitu berat.

Ya, Sutinah, dan keluarganya adalah segelintir orang yang dicap sebagai eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Ia terusir dari tanahnya sendiri lantaran dianggap pengikut aliran sesat.

Kepada VIVA.co.id, ibu empat anak ini pun bersedia membagi kisa pilunya itu di lokasi penampungan sementara di Taman Bunga Wiladatika, Cibubur, Depok.

Awalnya, Sutinah adalah joki three in one di kawasan Taman Lawang, Jakarta Pusat. Sedangkan, sang suami, Tabrani, hanyalah seorang pedagang es di area Masjid Istiqlal.

Penghasilan yang pas-pasan membuat Sutinah dan keluarga tertarik dengan ajak seorang pria yang menawarkannya untuk masuk Gafatar. Itu karena tawaran yang menjanjikan berupa kehidupan yang lebih baik.

"Itu saya gabung sudah lama banget. Gafatar sendiri sudah bubar, pas ketemu orang itu (Pak Jajang), Gafatar sudah bubar. Kami hanya bekas Gafatar. Nah, kebetulan dia ajak kami membuka kehidupan baru di Kalimantan. Di sana ada pekerjaan, bertani," katanya, Rabu, 27 Januari 2016.

Karena tertarik, ia pun tiap bulannya menyisakan uang untuk iuran, dengan kisaran bebas ada yang Rp5.000 sampai Rp10.000 tergantung keikhlasan. Uang itu digunakan untuk kepentingan sesama anggota eks Gafatar. Dan ketika mendapat tawaran yang lebih baik di Kalimantan Barat, Sutinah bersama keluarga pun tak menyia-nyiakannya.

Ia bahkan rela menjual sejumlah barang berharga miliknya seperti motor untuk modal hidup sehari-hari disana (Mempawah, Kalimantan Barat).

"Total kami sudah keluar Rp50 jutaan, untuk berangkat sekeluarga dan hidup sehari-hari disana," ujarnya.

Namun apes baginya, belum sempat menuai panen atas tanaman yang ia garap, sejumlah masa keburu menyerang pemukiman Sutinah, termasuk eks Gafatar lainnya. Mereka dianggap membuat resah dengan ajaran agama yang menyesatkan.

"Padahal tidak, keberadaan kami tidak terkait agama kami murni ingin bertani dengan harapan untuk hidup yang lebih baik. Kalau agama sesuai kepercayaan masing-masing," timpal anak bungsu Sutinah, Djunaidi (26).

Sutinah dan keluarga bahkan menegaskan, kepergian mereka dari Depok ke Kalimantan Barat sudah mendapat izin dari RT setempat. Bahkan sebelum pergi ke sana, keluarga ini sempat berpamitan. Hal ini dibuktikan anak Sutinah dengan menunjukan surat resmi pindahan dari RT, tempatnya dulu tinggal di kawasan Cipayung, Depok.

"Kami enggak tiba-tiba ngilang," tegasnya.

Namun, ibarat nasi telah menjadi bubur, Sutinah dan keluarga bersama ratusan pengungsi lainnya kini hanya bisa mengelus dada. Mereka kini hanya bisa berharap, pemerintah memperhatikan nasib mereka terutama aset yang kini entah kemana.

"Nama baik kami juga harus dikembalikan. Kami enggak tahu lagi harus ngomong apa," lirih Djunaidi.

Sementara itu, Kapolresta Depok, Komisaris Besar Dwiyono, mengaku, kepolisian akan segera berkoordinasi dengan dinas terkait untuk memulangkan eks Gafatar yang berasal dari Depok.

"Terkait keberangkatan dan kepulangan akan kami fasilitasi, termasuk dari segi keamanannya," kata Kapolres.