Kebiasaan Makan Nasi Lahirkan Potensi Impor Beras
Selasa, 26 Januari 2016 - 19:06 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA.co.id - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani mengaku heran dengan kebijakan yang mewajibkan rakyat Indonesia memakan nasi. Ini dikarenakan sebagian orang Indonesia memiliki panganan pokok di luar beras.
"Saya juga bingung kenapa ada kebijakan yang mengharuskan orang Indonesia makan nasi. Maluku itu makan sagu, Papua itu makan ubi, tapi sekarang mereka makan nasi," kata Puan di sela peluncuran penyaluran program Beras Miskin/ Beras Keluarga Sejahtera (Raskin/Rastra) 2016 tingkat nasional di Bali, Selasa, 26 Januari 2016.
Ia menilai, tak semestinya hal itu terjadi. Puan melanjutkan, pemerintah berupaya mengembalikan kebiasaan makan makanan pokok masyarakat di Indonesia sesuai budaya mereka. "Harusnya tidak bisa seperti itu lagi. Kami memulai untuk mengembalikan kebiasaan masyarakat di setiap provinsi sesuai kebiasaan mereka," tutur dia.
Menurut dia, hal itu juga berkaitan dengan struktur tanah di beberapa provinsi yang tak seluruhnya dapat ditanami padi. "Ketahanan mereka itu dibutuhkan. Tapi, wilayah yang tak memiliki lahan padi kita paksa untuk suplai beras ke sana, nah itu tidak bisa," katanya.
Beberapa daerah, Puan melanjutkan, merupakan wilayah yang lebih cocok untuk menanam palawija seperti singkong. Seperti contohnya Gorontalo yang lebih cocok ditanam jagung.
Baca Juga :
"Masyarakat Gorontalo yang dulu terbiasa makan jagung kini makan nasi. Saya tanya kenapa bisa begitu? Mereka juga bingung. Padahal di nasi mereka juga dicampur jagung, baru lauk," jelas Puan.
Jika kebiasaan ini tidak dihentikan, Puan khawatir Indonesia akan mengambil kebijakan impor bahan pangan di luar kebutuhan. "Kadang-kadang saya berpikir, masa sih negara yang kaya raya ini harus impor," ungkapnya.