Marak Kasus Orang Hilang, Ini Penjelasan Gafatar
Kamis, 14 Januari 2016 - 11:14 WIB
Sumber :
- Facebook.com
VIVA.co.id - Kasus orang hilang yang terjadi di beberapa daerah belakangan ini, kerap dikaitkan dengan sepak terjang organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Mereka yang hilang diduga bergabung dengan ormas yang memiliki anggota ribuan di sejumlah provinsi di Indonesia.
Pengurus Bidang Hukum dan HAM DPP Gafatar, Muhammad Tubagus Abduh, mengaku keberatan jika organisasinya dikaitkan dengan kasus orang hilang. Menurut dia, hilangnya seseorang bisa terjadi karena beberapa alasan, bisa karena pergi ke luar kota atau memang alasan lain.
"Orang hilang harus dikaji lagi hilangnya karena apa? Jangan-jangan ke luar kota, atau ikut program pertanian Gafatar. Pada intinya kami kooperatif, kalau diperlukan kami akan kontak ke seluruh wilayah agar orang yang hilang itu segera kembali ke daerahnya," kata Tubagus saat diwawancarai tvOne, Kamis, 14 Januari 2016.
Apalagi dengan kasus dokter Rica, yang menghilang bersama anaknya. Tubagus mengaku terusik dengan pemberitaan yang menyebut dokter Rica hilang karena diculik Gafatar. "Apa iya dokter Rica diculik? Apa seakan-akan Gafatar menculik dokter Rica? Saudara Eko (sepupu dr Rica) katanya ditahan Polda (karena dituduh menculik). Ini perlu diklarifikasi, agak aneh kalau kita dituduh menculik," ujar dia.
Namun saat dikonfirmasi terkait pertanggung jawaban Gafatar atas kasus orang hilang yang terjadi belakangan ini, Tubagus berkelit. Dia menyatakan bahwa kasus orang hilang adalah masalah pribadi, namun Gafatar berkomitmen untuk membantu keluarga yang kehilangan anggota keluarganya.
"Kita akan kooperatif, kepada para keluarga yang anaknya hilang, kalau kita temukan kita suruh pulang ke kampung halamannya. Tapi kalau dia nggak mau, saya nggak bisa maksa, barangkali mereka sudah mapan di sana, tapi kami tetap menyarankan pulang saja," terang pria yang juga mantan pengacara Ahmad Musadeq.
Tubagus mengklaim tak mengetahui alasan orang-orang bergabung Gafatar kemudian rela meninggalkan daerah asalnya dan menolak untuk pulang. Yang jelas kata dia, Gafatar merupakan organisasi yang terbuka, setiap orang dari kalangan manapun bisa masuk dan boleh keluar.
"Ikut boleh, nggak juga nggak apa-apa. Kita hormati hak asasi manusia. Bahkan bukan hanya hukum positif yang kami suruh patuhi, hukum adat juga harus patuh. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung," imbuhnya.
Baca Juga :
Pengurus Bidang Hukum dan HAM DPP Gafatar, Muhammad Tubagus Abduh, mengaku keberatan jika organisasinya dikaitkan dengan kasus orang hilang. Menurut dia, hilangnya seseorang bisa terjadi karena beberapa alasan, bisa karena pergi ke luar kota atau memang alasan lain.
"Orang hilang harus dikaji lagi hilangnya karena apa? Jangan-jangan ke luar kota, atau ikut program pertanian Gafatar. Pada intinya kami kooperatif, kalau diperlukan kami akan kontak ke seluruh wilayah agar orang yang hilang itu segera kembali ke daerahnya," kata Tubagus saat diwawancarai tvOne, Kamis, 14 Januari 2016.
Apalagi dengan kasus dokter Rica, yang menghilang bersama anaknya. Tubagus mengaku terusik dengan pemberitaan yang menyebut dokter Rica hilang karena diculik Gafatar. "Apa iya dokter Rica diculik? Apa seakan-akan Gafatar menculik dokter Rica? Saudara Eko (sepupu dr Rica) katanya ditahan Polda (karena dituduh menculik). Ini perlu diklarifikasi, agak aneh kalau kita dituduh menculik," ujar dia.
Namun saat dikonfirmasi terkait pertanggung jawaban Gafatar atas kasus orang hilang yang terjadi belakangan ini, Tubagus berkelit. Dia menyatakan bahwa kasus orang hilang adalah masalah pribadi, namun Gafatar berkomitmen untuk membantu keluarga yang kehilangan anggota keluarganya.
"Kita akan kooperatif, kepada para keluarga yang anaknya hilang, kalau kita temukan kita suruh pulang ke kampung halamannya. Tapi kalau dia nggak mau, saya nggak bisa maksa, barangkali mereka sudah mapan di sana, tapi kami tetap menyarankan pulang saja," terang pria yang juga mantan pengacara Ahmad Musadeq.
Tubagus mengklaim tak mengetahui alasan orang-orang bergabung Gafatar kemudian rela meninggalkan daerah asalnya dan menolak untuk pulang. Yang jelas kata dia, Gafatar merupakan organisasi yang terbuka, setiap orang dari kalangan manapun bisa masuk dan boleh keluar.
"Ikut boleh, nggak juga nggak apa-apa. Kita hormati hak asasi manusia. Bahkan bukan hanya hukum positif yang kami suruh patuhi, hukum adat juga harus patuh. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung," imbuhnya.