750 Hektare Lahan Pertanian di Minahasa Terancam Gagal Panen

Sumber :
  • VIVA.co.id/Agustinus Hari

VIVA.co.id - Erupsi Gunung Soputan, Senin 4 Januari 2016 lalu, berimbas pada kerusakan lahan pertanian warga khususnya di Kecamatan Langowan Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Sebanyak 750 hektare lahan pertanian di 16 desa terancam gagal panen.

Kondisi ini membuat petani cemas. Karena tanaman pertanian mereka sudah tertutup debu vulkanik dan terancam mati sehingga terjadi gagal panen.

“Saya terpaksa menyiram tanaman tomat dan cabe di tengah ancaman kematian akibat panasnya abu Soputan. Tidak ada pilihan lain memang. Kami petani masih berharap jangan sampai terjadi gagal panen,” ujar Donny Rumagit, warga Desa Walewangko Minahasa.

Secara terpisah, Camat Langowan Barat, Roudy Mewoh mengungkapkan, ada 16 desa di wilayahnya yang terdampak erupsi Gunung Soputan.

Di 16 desa ini, lanjut Roudy, terdapat tak kurang dari 750 hektar lahan pertanian yang terancam gagal panen.  “Tanaman pertanian berupa jagung, cabe, tomat, bawang serta tanaman pertanian lainnya ini, ikut terkena debu letusan Gunung Soputan,” ujar Mewoh.

Dia menyebutkan, Desa Noongan Raya, sebagai daerah terparah karena curahan abu vulkanik di desa tersebut cukup banyak.

Sementara itu, di Kabupaten Minahasa Tenggara wilayah di mana Gunung Soputan berada, pemerintah setempat kini sibuk memeriksa kualitas air dan udara akibat letusan tersebut.

Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) setempat Robby Ngongoloy mengatakan, penelitian tersebut dilakukan di Desa Pangu Raya, Kecamatan Ratahan Timur, hingga Kalatin, Kecamatan Ratahan. “Tujuannya untuk mencari tahu kualitas dari udara dan air apakah memenuhi syarat bagi kesehatan atau tidak,” ungkap Ngongoloy.

Soal hasilnya, Ngongoloy mengaku belum mendapatkannya, karena masih menunggu hasil penelitian yang dilakukan BLH Sulut. “Mereka (BLH Sulut) yang akan membuat resume. Tapi kemungkinan besar untuk Pangu Raya, udaranya pasti belum begitu sehat. Demikian pula dengan airnya masih belum bisa dipakai untuk konsumsi atau dijadikan air minum,” ujar Ngongoloy.