Titah Sultan Dinilai untuk Menyingkirkan Para Pembangkang
Kamis, 31 Desember 2015 - 14:06 WIB
Sumber :
- harianjogja.com
VIVA.co.id - Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, bertitah atau mengumumkan maklumat khusus di Bangsal Mangunturtangkil Keraton Yogyakarta pada Kamis, 31 Desember 2015.
Baca Juga :
Titah itu dalam istilah Keraton Yogyakarta disebut Dawuh Dalem. Belum diketahui persis isi Dawuh Dalem itu karena Sultan menyampaikannya secara tertutup dan terbatas hanya kepada keluarga Keraton, meski tak semua kerabat hadir pada kesempatan itu.
Kanjeng Raden Tumenggung Hastaningrat, Pengageng Suroloyo Kotagede dan Imogiri mengatakan, bahwa yang disampaikan Dawuh Dalem yang disampaikan Sultan ditujukan kepada para abdi dalem agar tetap setia kepada Keraton dan Raja.
Dawuh Dalem, Hastaningrat menambahkan, tidak berhubungan dengan konflik internal Keraton setelah Sabda Raja beberapa waktu silam. "Ini bukan soal takhta. Ini hanya ditujukan untuk abdi dalem," ujarnya menambahkan.
Intisari dari Dawuh Dalem adalah meminta para abdi dalem (para pembantu atau orang yang mengabdikan diri kepada keraton dan raja) loyal kepada Keraton Yogyakarta dan Sultan.
Pernyataan berbeda diungkapkan Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat alias Gusti Yudha, adik Sultan. Menurutnya, Dawuh Dalem adalah upaya menyingkirkan siapa pun, termasuk anggota keluarga Keraton, yang tidak mematuhi Sabda Raja.
Pada pokoknya, kata Gusti Yudha, Dawuh Dalem adalah peringatan kepada semua adik Sultan: jika tidak menaati Sabda Raja akan dicopot jabatannya dan harus keluar dari Bumi Mataram (wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram, yang pada masa jayanya mencakup seluruh Jawa dan Madura).
"Intinya semua abdi dalem harus tunduk kepada keinginan Raja yang ingin mewariskan takhtanya kepada putri sulungnya," kata Gusti Yudha kepada wartawan di Yogyakarta, Kamis, 31 Desember 2015.
Menurut Gusti Yudha, jika Sultan hendak mengusir adik-adiknya dari Bumi Mataram, masalahnya adalah Kerajaan Mataram telah terbelah menjadi dua, yakni Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Maka batas-batas atau pengertian Bumi Mataram pun kini sudah tak jelas. Lagi pula, tanah Keraton Yogyakarta sudah banyak yang dikuasai negara atau pemerintah Indonesia.
"Bumi Mataramnya Keraton Yogya saat ini di mana saja?" ujar adik Sultan beda ibu itu mempertanyakan.
Gusti Yudha juga menilai, Dawuh Dalem menjelang pergantian tahun baru ini menjadi hadiah "mendung" bagi masyarakat Yogyakarta ketika akan bersuka ria menyambut kedatangan tahun 2016. "Ini hadiah mendung di tengah suasana kebahagian jelang pergantian tahun," ujarnya.
Dia mengaku mendapatkan undangan dari Sultan untuk hadir di Keraton Yogya pada pukul 08.00 WIB, Kamis, 30 Desember 2015. Dia menolak hadir karena undangan atas nama Sultan Hamengku Bawono, bukan Sultan Hamengku Buwono. (Baca: )
"Memang di luar tetap dipanggil Sultan Hamengku Buwono namun di internal Keraton tetap Hamengku Bawono, dan kita tidak mengenal nama itu. Makanya kita tidak hadir, wong yang mengundang tidak jelas," ujarnya menegaskan.
(mus)