Saat Gus Dur Ditolak Masuk IAIN karena Terlalu Pintar
Minggu, 27 Desember 2015 - 06:22 WIB
Sumber :
- Antara/ Fanny Octavianus
VIVA.co.id - Banyak cerita unik dan menarik dari sosok Presiden RI ke-4, almarhum KH Abdurrahman Wahid. Hingga tokoh bangsa biasa disapa Gus Dur itu meninggal, cerita tentang sisi lain cucu pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asyari, itu masih bertebaran di masyarakat, lisan maupun tulisan.
Salah satu cerita menarik dari Gus Dur ialah saat dia gagal mendaftar kuliah di Institut Agama Islam Negeri atau IAIN (kini UIN) Sunan Ampel Surabaya. "Waktu itu tahun sekitar tahun 1970an," kata Soerawi, bekas pegawai Bagian Akademik Fakultas Adab, ditemui di rumahnya di Jalan Jemur Wonosari Surabaya, Sabtu sore, 26 Desember 2015.
Soerawi bercerita, waktu itu Gus Dur baru pulang dari melanglang buana menuntut ilmu di Mesir dan Irak. Sepulang ke Indonesia, Gus Dur lalu datang ke IAIN Sunan Ampel Surabaya untuk menyempurnakan kuliahnya dan mendapat gelar sarjana strata satu (S1).
Datang ke IAIN, lanjut Soerawi, Gus Dur langsung menghadap Rektor IAIN saat itu, Prof. KH Syafii Abdul Karim, rektor kedua setelah IAIN berdiri sejak tahun 1961. "Pak Syafii ini Mufti di Irak lalu ditarik ke Indonesia untuk jadi Rektor IAIN Surabaya," katanya.
Kepada Syafii, Gus Dur menyampaikan niatnya untuk transfer kuliah di Fakultas Adab (Sastra Arab). Rektor menyetujui, lalu memanggil Dekan III Fakultas Adab, saat itu Ust. H. Asyiq Cholil. "Pak Asyiq ini alumni Al Azhar Mesir. Waktu Gus Dur kuliah di Mesir, Pak Asyiq juga masih di sana," tandasnya.
Menerima penjelasan soal niat Gus Dur dari rektor, Asyiq lalu menceritakan bagaimana sosok dan tingkah laku Gus Dur saat kuliah di Mesir, termasuk soal prestasi akademiknya di negeri Piramida itu. Singkat cerita, Gus Dur ditolak kuliah di Fakultas Adab IAIN Surabaya.
"Saya dapat cerita dari Pak Asyiq, Gus Dur ditolak kuliah di IAIN karena ilmunya sudah melebihi mata kuliah yang diajarkan di IAIN. Jadi sama saja Gus Dur mbaleni (mengulang mata kuliah). Gus Dur dianggap sudah pintar," kata Soerawi.
Setelah ditolak kuliah oleh IAIN, lanjut pensiunan tahun 2001 itu, Gus Dur tidak pernah datang lagi ke kampus yang berlokasi di Jalan A Yani Surabaya itu. "Tapi beberapa bulan kemudian, masih tahun 1970an, Gus Dur diundang mengisi seminar oleh Senat Mahasiswa Fakultas Adab," cerita dia.
Saat itulah Soerawi mengaku melihat langsung keunikan penampilan Gus Dur. "Saya yang fotokopikan makalah Gus Dur. Waktu itu Gus Dur pakai kacamata hitam, sarungan, pakai sendal jepit, bajunya putih lengan pendek. Pecinya miring, memang gayanya dari dulu," katanya mengenang.
Di seminar, Gus Dur juga menyampaikan kritik tentang sistem pendidikan di Mesir, berdasarkan pengalamannya saat kuliah di sana. Saat itu, di seminar juga hadir Asyiq, Dekan III Fakultas Adab yang dikabarkan menolak niat Gus Dur kuliah di IAIN.
"Pak Asyiq yang juga alumni Mesir terlihat marah dan dongkol mendengar Gus Dur mengkritisi pendidikan di Mesir," katanya. "Saya kurang tahu apa itu ada kaitannya dengan rencana Gus Dur kuliah di IAIN," imbuh dia. "Itu yang saya tahu soal Gus Dur mau kuliah di IAIN."
Malam ini, Sabtu, 26 Desember 2015, haul Gus Dur digelar di kompleks pemakaman keluarga besarnya di Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Wakil Presiden Jusuf Kalla dijadwalkan hadir di haul ke-6 mantan Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Baca Juga :
Salah satu cerita menarik dari Gus Dur ialah saat dia gagal mendaftar kuliah di Institut Agama Islam Negeri atau IAIN (kini UIN) Sunan Ampel Surabaya. "Waktu itu tahun sekitar tahun 1970an," kata Soerawi, bekas pegawai Bagian Akademik Fakultas Adab, ditemui di rumahnya di Jalan Jemur Wonosari Surabaya, Sabtu sore, 26 Desember 2015.
Soerawi bercerita, waktu itu Gus Dur baru pulang dari melanglang buana menuntut ilmu di Mesir dan Irak. Sepulang ke Indonesia, Gus Dur lalu datang ke IAIN Sunan Ampel Surabaya untuk menyempurnakan kuliahnya dan mendapat gelar sarjana strata satu (S1).
Datang ke IAIN, lanjut Soerawi, Gus Dur langsung menghadap Rektor IAIN saat itu, Prof. KH Syafii Abdul Karim, rektor kedua setelah IAIN berdiri sejak tahun 1961. "Pak Syafii ini Mufti di Irak lalu ditarik ke Indonesia untuk jadi Rektor IAIN Surabaya," katanya.
Kepada Syafii, Gus Dur menyampaikan niatnya untuk transfer kuliah di Fakultas Adab (Sastra Arab). Rektor menyetujui, lalu memanggil Dekan III Fakultas Adab, saat itu Ust. H. Asyiq Cholil. "Pak Asyiq ini alumni Al Azhar Mesir. Waktu Gus Dur kuliah di Mesir, Pak Asyiq juga masih di sana," tandasnya.
Menerima penjelasan soal niat Gus Dur dari rektor, Asyiq lalu menceritakan bagaimana sosok dan tingkah laku Gus Dur saat kuliah di Mesir, termasuk soal prestasi akademiknya di negeri Piramida itu. Singkat cerita, Gus Dur ditolak kuliah di Fakultas Adab IAIN Surabaya.
"Saya dapat cerita dari Pak Asyiq, Gus Dur ditolak kuliah di IAIN karena ilmunya sudah melebihi mata kuliah yang diajarkan di IAIN. Jadi sama saja Gus Dur mbaleni (mengulang mata kuliah). Gus Dur dianggap sudah pintar," kata Soerawi.
Setelah ditolak kuliah oleh IAIN, lanjut pensiunan tahun 2001 itu, Gus Dur tidak pernah datang lagi ke kampus yang berlokasi di Jalan A Yani Surabaya itu. "Tapi beberapa bulan kemudian, masih tahun 1970an, Gus Dur diundang mengisi seminar oleh Senat Mahasiswa Fakultas Adab," cerita dia.
Saat itulah Soerawi mengaku melihat langsung keunikan penampilan Gus Dur. "Saya yang fotokopikan makalah Gus Dur. Waktu itu Gus Dur pakai kacamata hitam, sarungan, pakai sendal jepit, bajunya putih lengan pendek. Pecinya miring, memang gayanya dari dulu," katanya mengenang.
Di seminar, Gus Dur juga menyampaikan kritik tentang sistem pendidikan di Mesir, berdasarkan pengalamannya saat kuliah di sana. Saat itu, di seminar juga hadir Asyiq, Dekan III Fakultas Adab yang dikabarkan menolak niat Gus Dur kuliah di IAIN.
"Pak Asyiq yang juga alumni Mesir terlihat marah dan dongkol mendengar Gus Dur mengkritisi pendidikan di Mesir," katanya. "Saya kurang tahu apa itu ada kaitannya dengan rencana Gus Dur kuliah di IAIN," imbuh dia. "Itu yang saya tahu soal Gus Dur mau kuliah di IAIN."
Malam ini, Sabtu, 26 Desember 2015, haul Gus Dur digelar di kompleks pemakaman keluarga besarnya di Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Wakil Presiden Jusuf Kalla dijadwalkan hadir di haul ke-6 mantan Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.