Ketika Warga Kepri Apatis Pilkada
Rabu, 9 Desember 2015 - 20:55 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi
VIVA.co.id - Calon Gubernur dan Wakil gubernur Kepulauan Riau, Muhamad Sani-Nurdin, unggul sementara dalam perolehan suara berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) atas rivalnya, Soerya-Ansar. Muhamad Sani-Nurdin meraih 53,0 persen suara dan pesaingnya 46.6 persen suara.
Perolehan suara itu adalah hasil hitung cepat yang dilakukan lembaga survei Charta Politika yang dirilis pada Rabu, 9 Desember 2015.
Muhamad Sani dan Nurdin memantau penghitungan cepat itu di Posko Pemenangan di Kawasan Ruko Royal Sincom, Kelurahan Teluk Tering, Kecamatan Batam Kota, Batam.
"Alhamdulillah, kita akan terus pantau dan kawal, hingga penghitungan suara tanggal 21 Desember 2015,” ujar Ahars Sulaiman, Ketua Tim Pemenangan Sani-Nurdin.
Sani, yang ikut memantau hasil perkembangan hitung cepat, tampak terharu. Dia berterima kasih kepada seluruh masyarakat Kepulauan Riau yang memberi kesempatan sekaligus memberi tugas dan tanggung jawab untuk kali kedua sebagai gubernur.
"Terima kasih kepada masyarakat Kepri, yang memberi kepercayaan 49 tahun bertugas dalam pemerintahan, sehingga 15 jabatan yang sudah saya emban tidak terputus. Itu semua karena saya dianggap mampu untuk mengemban tugas itu,” ujarnya terbata-bata.
Dia juga menambahkan bahwa bekerja dengan tulus menjadi modal utamanya. "Saya tulus memberi yang terbaik buat masyarakat Kepri demi kemajuan pulau ini,” kata Sani.
Warga pilih berekreasi
Pilkada Kepulauan Riau dan Kota Batam kurang menarik perhatian warga setempat. Warga Batam lebih memilih rekreasi, jalan-jalan ke mal, atau beristrahat di rumah.
Baca Juga :
Berdasarkan data yang dihimpun di salah satu TPS padat penduduk, yakni TPS 19 di Kelurahan Buliang, Kecamatan Batu Aji, tidak sampai separuh kertas suara yang dipergunakan.
"Dari 352 Kertas suara yang ada, hanya 102 DPT yang menggunakan hak suaranya. Masyarakat pada banyak berlibur,” ujar Sony, yang bertugas di TPS itu.
Berdasarkan pantauan VIVA.co.id, sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Batam dipenuhi warga. Goklas Gultom, seorang warga yang berprofesi sebagai buruh Batam, mengakui lebih memilih golpot atau tidak memilih. Dia skeptis pilkada itu dapat mengubah nasibnya.
“Siapa pun wali kotanya, gaji kami tidak naik-naik, dan gubernurnya pun sama. Tidak ada perhatian buat kami, buruh ini,” ujar Golkas.
Berbeda dengan Goklas, keluarga Yusmian yang bekerja sebagai pengupas bawang di pasar, justru berkenan mencoblos bila ada bayaran dari salah satu pasangan. Dia bersedia memberi hak suaranya pada orang yang tidak dikenalnya.
"Saya mau libur, tapi berapa mau bayar biar saya pilih. Kalau tidak ada bayaran, lebih bagus saya ngupas bawang ini,” ujar Yusmian. (ase)