Saksi Sering Lihat Margriet Jambak dan Siksa Engeline
- ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
VIVA.co.id - Saksi dalam kasus pembunuhan Engeline, dengan terdakwa Margriet memaparkan fakta menyedihkan bocah mungil tersebut.
Pertama tiba di rumah Margriet pada 16 Desember 2014, Franky A. Marinka (saksi) menilai Engeline merupakan bocah periang. Kala itu, Margriet tengah pergi ke Balikpapan untuk berlibur.
"Saya menjaga rumah Margriet selama dia ke Balikpapan," ujar Franky di Pengadilan Negeri Denpasar, Kamis 3 Desember 2015.
Franky bersama istri, anak, dan tantenya selalu mengajak Engeline jalan-jalan ke obyek wisata. "Pertama datang, Engeline anak periang, bersahaja, ceria. Dua minggu sebelum ada Telly (Margriet), kami selalu ajak jalan," ucap dia.
Pembawaan Engeline berubah kala Margriet kembali dari liburannya pada 31 Desember 2014. Sejak ibu angkatnya datang, Engeline langsung enggan berkomunikasi dengan Franky, Juliet, dan Lauren.
"Telly datang, jarang mau komunikasi dengan kami. Jadi anak tertutup," katanya.
Engeline mendadak berubah. Jika hendak diajak jalan, Engeline menolak. "Kalau diajak jalan, dia bilang tanya mama dulu," kata dia.
Sementara itu, sehari-hari Engeline selalu membantu Franky mengurus ternak ayam, anjing, dan kucing.
"Sehari-hari di rumah, pagi Engeline bantu saya mulai pukul 05.30 WITA sampai 08.00 WITA. Saya pernah larang dia bantu saya. Karena, angkat makanan ayam di ember berat-berat. Saya bilang, Engeline angkat yang kecil-kecil saja. Tetapi, dia bilang nanti dimarah mama," katanya.
Sejak Engeline masuk sekolah, Franky melihat Engeline sering dipukuli Margriet. "Pertengahan Januari masuk sekolah, sering dimarahin," ucap dia. Tiap hari, Engeline wajib mengepel rumah. "Engeline mengepel rumah lingkungan dapur dan kamar," urai dia.
Jika ada yang tidak bersih, sontak saja Margriet akan mencaci maki Engeline. "Kamu pembohong, pendusta, penipu. gate damn. Kamu sudah saya kasih makan, sudah saya kasih hidup," ucap Franky menirukan amarah Margriet.
Jika Engeline tak mendengar kala dipanggil Margriet, Margriet akan berteriak-teriak memanggil Engeline. "Langsung dijambak rambutnya, kamu saya panggil tidak dengar. Saya sering lihat kejadian itu," kenangnya.
Suatu ketika, kala seekor anak ayam hilang, Margriet murka dan memukuli Engeline menggunakan kayu. "Dipukulin tepat di atas tanah, di mana Engeline ditemukan meninggal. Waktu itu lubangnya belum ada," kata Franky.
Baca juga:
(asp)