KontraS: Polda Tangkap 22 Mahasiswa Papua dari Tangerang
- VIVA.co.id / Foe Peace
VIVA.co.id - Tindakan kekerasan yang dilakukan polisi tak hanya terjadi terhadap mahasiswa asal Papua yang menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia, Selasa, 1 Desember 2015 kemarin.
Aksi pembungkaman untuk menyatakan pendapat di muka umum juga dilakukan polisi terhadap 22 mahasiswa yang juga asal Papua yang akan ikut bergabung untuk menggelar unjuk rasa di HI kemarin.
Dari hasil pantauan KontraS, terjadi penangkapan sewenang-wenang terhadap 22 mahasiswa Papua yang bergerak dari arah Tangerang untuk berpartisipasi dalam aksi demonstrasi di HI.
Menurut Koordinator KontraS, Haris Azhar, pemantauan aksi yang akan dilakukan mahasiswa asal Papua ini telah dilakukan polisi satu hari atau pada 30 November 2015, sebelum aksi dimulai.
Sejumlah intel dari Kepolisian melakukan pemantauan di sekitar Asrama Aru tempat 22 mahasiswa asal Papua itu tinggal. Saat bertepatan dengan hari unjuk rasa, 22 mahasiswa ini bergerak ke Jakarta dengan menggunakan dua mobil. Kendaraan mereka dihentikan polisi di sebuah pom bensin.
"Ada pertanyaan yang bernada diskriminatif dan keras, terjadi cekcok adu mulut dan aksi saling dorong antara mahasiswa dan polisi yang menghadang mereka," katanya dalam keterangan pers yang diterima VIVA.co.id, Rabu, 2 Desember 2015.
Setelah itu, mobil yang mengangkut mahasiswa dikawal sejak pintu Tol Serpong dan mereka digiring langsung ke Polda Metro Jaya. "Seluruh mahasiswa di-BAP oleh Resmob dan Krimum Polda Metro Jaya. Ada 20 orang yang dibebaskan pada pukul 20.30 WIB," katanya menambahkan.
Fakta lapangan lainnya juga ditemukan bahwa seorang pria bernama Halim (58) telah ditangkap tanpa bukti yang jelas pada peristiwa ini. Padahal dia hanya menonton jalannya aksi.
"KontraS juga mengetahui penangkapan sewenang-wenang ini diikuti dengan tindakan pemukulan dan penganiayaan terhadap sejumlah jurnalis asing yang sedang meliput ekspresi damai di dekat Bundaran HI."
Tak ada alasan yang jelas dan pasti atas penangkapan ini. Kabar sumir berkembang bahwa massa aksi membawa simbol Bintang Kejora yang telah lama diakui oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid sebagai simbol kebudayaan dan ekspresi damai orang Papua.
(mus)