Cerita di Balik Pembelian Helikopter Canggih Presiden

Helikopter AgustaWestland (AW-101)
Sumber :
  • agustawestland.com
VIVA.co.id
- TNI Angkatan Udara memilih helikopter jenis Agusta Westland 101 sebagai "penghuni" Skadron Udara VVIP. Helikopter angkut berat ini akan menambahkan kekuatan alat utama sistem pertahanan TNI AU, sekaligus digunakan untuk menunjang kegiatan Presiden atau Wakil Presiden, dan tamu VVIP.


Meskipun pembelian helikopter yang diproduksi
joint venture
Inggris-Italia itu menuai polemik, namun bila tidak ada aral melintang, satu unit AW-101 itu dijadwalkan tiba di Tanah Air pada pertengahan tahun 2016 mendatang. Pesawat angkut heli ini akan menambah kekuatan Skadron Udara 45 Lanud Halim Perdanakusuma.


Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto menuturkan, pengadaan helikopter jenis ini masuk dalam rencana strategis TNI AU 2014 - 2019. Proses pembelian pesawat angkut berat heli lanjut Dwi, sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2010.

 

"Dan oleh pemerintah, sekarang baru disetujui," kata Dwi dalam perbincangan bersama
tvOne , Senin, 30 Desember 2015. Proses pengadaan telah melalui kajian spesifikasi teknik, dan prosesnya dilakukan berjenjang dari TNI AU ke Mabes TNI hingga ditetapkan ke dalam Renstra.

Dwi mengakui Helikopter AW-101 memiliki kemampuan yang sangat baik dan teknologi canggih. Hal tersebut penting untuk menambah kekuatan TNI AU dan meningkatkan profesional prajurit. Namun demikian, kata Dwi, pengadaan helikopter ini awalnya untuk kebutuhan militer, karena dibekali dengan spesifikasi militer.

"Kebetulan tugas pokok Skadron 45 untuk mendukung VVIP. Speknya spek militer, kalau pun nanti digunakan VVIP, tinggal ganti saja kursinya," paparnya.


Menurut dia, Presiden sebagai Panglima Tertinggi sesuai Undang-Undang, layak mendapatkan fasilitas menggunakan helikopter VVIP yang dioperasikan Skadron 45. Bukan hanya Presiden, Wakil Presiden dan tamu negara VVIP juga akan menggunakan helikopter VVIP ini.


Saat ini lanjut Dwi, Skadron Udara 45 VVIP mengoperasikan tiga helikopter Super Puma yang digunakan sebagai helikopter kepresidenan dan VVIP. Idealnya menurut dia, helikopter kepresidenan berjumlah enam unit. "2 operasi, 2
stand by
dan 2 pemeliharaan," ujar Dwi.


Ke depan, TNI AU berencana membeli sembilan unit Helikopter AW-101 untuk menambah tiga skadron helikopter TNI AU, yakni Skadron 6, Skadron 8 dan Skadron 45.


"Kita berencana beli heli angkut berat versi militer dari hasil kajian Skadron 45. Kesiapan hanya ada 3 Super Puma, idealnya 6 untuk Skadron 8 dan 6 tetap terpenuhi," ucapnya.


Sebelumnya Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Agus Supriatna
menuturkan, dalam pembelian alutsista, setidaknya ada dua hal yang harus dipertimbangkan. Pertama, alutsista harus baru dan satu tingkat di atas sebelumnya. Kedua, melengkapi alutsista yang saat ini belum lengkap.
 
"Masalahnya seperti T50 dan F16 pesawatnya belum ada radar dan senjatanya. Renstra 2015-2019 kami upgrade Hercules kita masih sangat butuh C-130 tipe H kita upgrade. Renstra itu ada pergantian F5 uprgade baru," papar jenderal bintang empat ini.

Terkait pembelian helikopter VVIP AW-101, Agus mengatakan, TNI AU masih mengkaji apakah membutuhkan helikopter angkut berat. Menurut dia, Helikopter jenis AW-101 merupakan helikopter angkut berat, karena memiliki kabin dengan ketinggian 180 cm, kapasitas angkut 80 ton dan dibekali tiga mesin.

"Sehingga dari itu, kami membaca komandan skuadron yang mengoperasikan skuadron 8, 6 dan 45. Pagu anggaran kami sanggup beli 8 unit Heli AW, tapi kami minta 1 lagi biar adil jadi ada 9. Anggaran kami dari pinjaman luar negeri itu renstra lima tahun," ujar Agus.