Nelayan Ini Gendong Tiga Jasad Temannya di Tengah Laut
Senin, 23 November 2015 - 13:50 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Nur Faishal
VIVA.co.id - Rumah mungil itu berada di ujung gang sempit Jalan Kedungasem 1C, Kelurahan Rungkut Kidul, Rungkut, Surabaya, Jawa Timur. Di rumah bercat hijau itu, tinggal Arifin (35) bersama istri dan satu anaknya, Muhammad Ilyas (7). Arifin merupakan korban selamat perahu tenggelam akibat menabrak tong mercusuar di lepas pantai Surabaya, Minggu, 22 November 2015.
Ketika VIVA.co.id berkunjung ke rumahnya, Arifin masih tampak pucat. Di teras, istrinya yang tengah hamil tengah duduk bersama anak lelakinya. Mata Arifin merah akibat kemasukan air laut. "Tubuh saya masih lemas. Masih memikirkan teman saya (Rizki) yang belum ketemu jasadnya," katanya, Senin, 23 November 2015.
Arifin menceritakan, pada Minggu pagi, dia janjian dengan sembilan rekannya satu kerja untuk memancing di tengah laut. Mereka adalah Mukid dan Mat Pentol, warga Kedungasem; Dwi, Gondrong, Rizki, Gatot, Keceng, dan Ari, warga Jalan Demak; dan Bisri, warga Wonorejo. "Kami ke laut naik perahu kayu hasil patungan," ujar Arifin menambahkan.
Area memancing yang dipilih ialah di lepas pantai sekitar Mangrove Bosem, Wonorejo. Di sana, kata pria berambut gondrong itu, ikannya banyak. Nelayan juga sering memancing di sana. "Rencananya kami akan pulang jam empat sore, ketika air laut sudah pasang," ucapnya.
Baru satu jam melepas kail, tiba-tiba tong mercusuar yang diombang-ambingkan ombak menabrak bagian depan perahu yang Arifin dan teman-temannya tumpangi. Perahu akhirnya pecah dan air laut masuk ke perahu dengan deras. "Kami tahu perahu kami pasti tenggelam, apalagi ombak yang awalnya tenang tiba-tiba besar," ujar Arifin mengenang.
Saat itu juga semua penumpang perahu bergegas mengambil apa pun yang bisa dibuat alat untuk menyelamatkan diri. Panik menyerang ketika perahu terbalik karena dihantam ombak. "Kami langsung meraih kayu serpihan perahu yang pecah. Kami berusaha terus berkumpul agar tidak terpisah," ujarnya.
Sementara, tujuh orang terombang-ambing di permukaan air, Gatot, Keceng dan Ari berhasil berenang dan naik ke atas tong mercusuar. Gatot lalu menghubungi temannya yang bekerja di Ambon, Doni, mengabarkan hal yang mereka alami. "Doni lalu menelepon Cak Mul (Ketua Paguyuban Nelayan Wonorejo) dan meneruskan ke petugas. Dua jam kemudian pertolongan datang," kata Arifin.
Di sela-sela menunggu pertolongan, satu per satu tubuh korban mulai lemas. Akibat kelelahan dan banyak meminum air, Dwi, Gondrong dan Rizki tak mampu bertahan. Arifin lalu mengikat tubuh Dwi ke punggungnya dengan tali, Gatot diikatkan ke tubuh Mukid, dan Rizki diikatkan ke tubuh Bisri. "Sampai jadi mayat, tiga teman kami ikat biar tidak pisah," ujar Arifin.
Baca Juga :
Ketika kapal nelayan dan petugas datang, Rizki sudah tidak ada. Ia diikatkan ke tubuh Bisri tapi sudah hilang ketika Bisri diangkat petugas ke atas perahu. "Saya juga tidak tahu karena Bisri agak jauh. Dia pakai pelampung dan terbawa arus. Sampai sekarang katanya belum ketemu," ujarnya.
Arifin mengaku masih tergiang wajah Rizki yang belum ditemukan jasadnya. Tapi ia bersyukur masih selamat sehingga bisa melihat bayinya yang akan lahir dari rahim istrinya. "Saat terapung, saya terus berdoa. Ya, Allah, anak saya masih kecil, yang satu masih belum lahir. Masa saya harus mati sekarang."
Sebelumnya, sebuah perahu nelayan mengalami kecelakaan di perairan Surabaya, Minggu, 22 November 2015. Perahu itu mengalami kecelakaan setelah bertabrakan dengan tong mercusuar yang mengapung di sekitar Mangrove Bosem, Wonorejo. Dua orang, Dwi dan Gondrong, meninggal dunia, akibat peristiwa tersebut. Sementara Rizki, hilang terbawa arus.
Hingga Senin siang, petugas belum menemukan Rizki, setelah menyisir laut sejak Minggu malam. "Kami kesulitan melakukan pencarian karena gelombang tinggi," kata Kepala Seksi Patwalair Direktorat Polisi Air Polda Jatim, Komisaris Polisi Ariyanto Agus.
(mus)