Uang Ratusan Juta untuk Siswa Miskin Raib Digondol Maling

Hari Pertama Ujian Nasional
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Uang bantuan siswa miskin, atau yang kini disebut Program Indonesia Pintar (PIP) bagi para siswa, sejatinya masuk ke rekening masing-masing penerima.

Namun, di Garut Jawa Barat, justru uang tersebut malah diambil langsung oleh pihak sekolahnya secara kolektif.

Apesnya lagi, uang milik para siswa penerima di SMAN 5 Garut sebesar Rp276.994.000 malah digondol maling pada Jumat 13 November 2015. Uang yang baru diambil kepala sekolah dari Bank BNI Cikajang tersebut raib dibobol oleh pencuri spesialis pecah kaca mobil.

Terbongkarnya kasus hilangnya uang ratusan juta rupiah milik siswa tersebut mulai ramai diketahui sejak hari ini, Rabu 18 November 2015. Hal itu diduga, setelah pihak sekolah mencoba menutupi kejadian dari wartawan. Uang yang dicuri tersebut, merupakan milik 242 siswa penerima PIP SMAN 5.

Kabid Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Cecep Firmansyah, mengaku telah melakukan investigasi terhadap hilangnya uang ratusan juta rupiah itu. Pihaknya pun telah meminta kepada kepala sekolah untuk mengganti uang tersebut dalam waktu 15 hari.

"Secara pribadi kepala sekolah harus mengganti total dan harus tunai. Bisa ada sanksi lain sampai dinonaktifkan kalau tak mengembalikan. Selama proses penggantian juga dinonaktifkan sementara," kata Cecep.

Dari informasi yang diterimanya, lanjut Cecep, kronologis pencurian tersebut terjadi, setelah kepala sekolah mengambil uang PIP dari BNI Cikajang. Saat tiba di sekolah pada Jumat sore, kepala sekolah memantau keadaan sekolah dan meninggalkan uang di dalam mobil.

"Lalu, ada siswa yang lihat orang mencurigakan di dekat mobilnya. Setelah melapor ke kepala sekolah dan memeriksa mobil, uang tersebut sudah hilang dan kaca mobil sudah pecah," katanya.

Menurut Cecep, hilangnya uang tersebut menjadi kelalaian kepala sekolah. Apalagi, kepala sekolah mengambil uang PIP para siswa secara kolektif. Padahal, dalam panduan PIP, pencairan uang tersebut tak bisa dikolektifkan jika bukan daerah terisolir.

"Kami tidak pernah merekomendasikan untuk mengambil uang secara kolektif. Kalau kolektif itu, jika daerahnya terpencil dan tidak ada kendaraan. Di Garut itu tidak ada sekolah yang terisolir," ujarnya. (asp)