Ibunda: Tuhan Persiapkan Andra untuk Jadi Pahlwan
Senin, 16 November 2015 - 00:01 WIB
Sumber :
VIVA.co.id - Ibunda dari dokter muda Dionisius Giri Samodra (Andra), Fransisca Ristansiah, minta agar fasilitas transportasi dan fasilitas rumah sakit di daerah-daerah lebih ditingkatkan lagi. Dia tak menyalahkan siapapun atas meninggalnya Andra dalam tugas.
"Saya mengerti daerah terpencil itu sulit," kata Fransisca di TPU Kampung Kandang, Jalan Mohammad Kafi, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu, 15 November 2015.
Dia tak menyalahkan pihak manapun atas kepergiaan anaknya itu. "Saya tidak kecewa, saya berusaha saat itu sangat ingin yang terbaik untuk anak saya. Saya tidak menyalahkan siapapun," tuturnya.
Hanya saja, dia merasa bahwa peningkatan fasilitas transportasi dan fasilitas di rumah sakit, ada baiknya segera dilakukan, guna mencegah terulangnya kembali hal-hal serupa, yang katanya bisa saja menimpa siapapun jika sedang berada di daerah terpencil.
"Pengalaman anak saya kemarin, cari obatnya saja di Ambon tidak ada, harus di Makassar. Walaupun akhirnya obat terbeli, namun tak terpakai karena lamanya kembali menuju ke lokasi," ujar Fransisca.
Dia bersyukur karena Andra telah dilahirkan sebagai anak yang bisa menjadi sosok pahlawan dalam keluarga dan bagi orang lain. "Dia itu baik, dia itu selalu luck (beruntung) hidupnya. Dari TK sampai kuliah, dia selalu juara, selalu luck. Tuhan persiapkan dia sebagai pahlawan, saya rasa," kata Fransisca.
Seperti diketahui, nyawa Andra tidak dapat tertolong karena fasilitas kesehatan di tempatnya bertugas tidak memadai. Andra, sebelumnya menderita demam tinggi dan mengalami penurunan kesadaran dan trombosit dalam waktu cepat.
Sejumlah rekannya yang sama-sama mengikuti program magang di RS Cenderawasih, Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku, sudah berupaya membantu. Tapi, upaya merujuk Andra ke rumah sakit di Ambon terkendala karena sarana transportasi.
Andra akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya saat berada di atas pesawat, yang akan membawanya menuju Ambon, setelah sebelumnya dalam kondisi yang telah lemah menunggu peswat, untuk membawanya ke Ambon. (ase)
"Saya mengerti daerah terpencil itu sulit," kata Fransisca di TPU Kampung Kandang, Jalan Mohammad Kafi, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu, 15 November 2015.
Dia tak menyalahkan pihak manapun atas kepergiaan anaknya itu. "Saya tidak kecewa, saya berusaha saat itu sangat ingin yang terbaik untuk anak saya. Saya tidak menyalahkan siapapun," tuturnya.
Hanya saja, dia merasa bahwa peningkatan fasilitas transportasi dan fasilitas di rumah sakit, ada baiknya segera dilakukan, guna mencegah terulangnya kembali hal-hal serupa, yang katanya bisa saja menimpa siapapun jika sedang berada di daerah terpencil.
"Pengalaman anak saya kemarin, cari obatnya saja di Ambon tidak ada, harus di Makassar. Walaupun akhirnya obat terbeli, namun tak terpakai karena lamanya kembali menuju ke lokasi," ujar Fransisca.
Dia bersyukur karena Andra telah dilahirkan sebagai anak yang bisa menjadi sosok pahlawan dalam keluarga dan bagi orang lain. "Dia itu baik, dia itu selalu luck (beruntung) hidupnya. Dari TK sampai kuliah, dia selalu juara, selalu luck. Tuhan persiapkan dia sebagai pahlawan, saya rasa," kata Fransisca.
Seperti diketahui, nyawa Andra tidak dapat tertolong karena fasilitas kesehatan di tempatnya bertugas tidak memadai. Andra, sebelumnya menderita demam tinggi dan mengalami penurunan kesadaran dan trombosit dalam waktu cepat.
Sejumlah rekannya yang sama-sama mengikuti program magang di RS Cenderawasih, Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku, sudah berupaya membantu. Tapi, upaya merujuk Andra ke rumah sakit di Ambon terkendala karena sarana transportasi.
Andra akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya saat berada di atas pesawat, yang akan membawanya menuju Ambon, setelah sebelumnya dalam kondisi yang telah lemah menunggu peswat, untuk membawanya ke Ambon. (ase)