Tak Terurus, Candi Ini Rusak dan Sering Kebanjiran
Senin, 16 November 2015 - 05:54 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Januar Adi Sagita
VIVA.co.id - Bagi sebuah bangsa yang pernah berjaya, keberadaan candi memiliki banyak makna. Mulai dari tempat pemakaman, peribadatan, hingga sebagai penanda bagi bangsa lain, maupun generasi berikutnya, bahwa saat itu pernah ada sebuah bangsa atau kerajaan yang berkuasa.
Sidoarjo adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki banyak candi. Hal itu cukup wajar mengingat pada beberapa abad silam Sidoarjo memiliki posisi yang strategis bagi aktivitas politik dan perdagangan.
Salah satu candi di Sidoarjo adalah Candi Pamotan. Candi Pamotan terletak di Desa Pamotan, Kecamatan Porong. Terdapat dua candi di tempat itu, yaitu Candi Pamotan I dan Candi Pamotan II. Untuk menempuh lokasi candi itu, diperlukan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan dari Kota Surabaya dengan menggunakan kendaraan bermotor. Tepatnya, berjarak sekitar 50 kilometer menuju selatan Kota Surabaya.
Kini kondisi kedua candi itu memprihatinkan. Berdasarkan pantauan VIVA.co.id, beberapa bagian candi mengalami kerusakan. Di antaranya beberapa batu bata yang menyusun candi itu tampak sudah mulai banyak pergeseran. Bagian puncak candi juga sudah tampak roboh. Kondisi itu diperparah jika musim hujan tiba.
Juru kunci candi, Lilik Umi Lastri mengatakan, saat musim hujan, air merendam sebagian badan candi. “Apalagi yang Candi Pamotan I itu badannya terendam sampai setengahnya,” katanya saat ditemui di kompleks candi, Jumat, 13 November 2015.
Baca Juga :
Kondisi Candi Pamotan II juga tidak jauh berbeda. Candi itu bisa dianggap tidak memiliki bentuk. Sebab, candi itu hanya tersusun dari tumpukan batu merah. Candi Pamotan II juga belum terdaftar sebagai cagar budaya. “Arcanya saja yang jumlahnya ada dua di atas candi sama-sama tidak ada kepalanya,” ujar Lilik.
Soekarno, seorang sejarahwan asal Desa Wunut, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo memaparkan, candi itu pertama kali ditemukan pada 1903. “Waktu itu yang menemukan adalah JLA Brandes.” Setelah penemuan itu, tidak ada satu pun peneliti yang meneliti Candi Pamotan.
Namun, pada tahun 1923, seorang arkeolog, NJ Krom, menulis sebuah catatan tentang Candi Pamotan. Menurutnya, Candi Pamotan tidak memiliki perbedaan yang mencolok dengan candi-candi pada umumnya di Jawa Timur. Soekarno menjelaskan, pada era pemerintahan Hindia Belanda, Candi Pamotan I sebenarnya pernah dipendam ke dalam tanah. “Tujuannya untuk menghindari kerusakan, serta pada tahun 1977 didaftarkan sebagai cagar budaya,” katanya.
Sayang, Soekarno tidak menjelaskan secara pasti kapan candi tersebut dibangun dan kerajaan mana yang meninggalkannya. Dia secara ragu-ragu menebak candi itu kemungkinan besar peninggalan kerajaan Majapahit. Hal itu dibuktikan dengan susunan batu bata merah di candi itu, yang merupakan ciri khas candi peninggalan Majapahit.
Soekarno menyayangkan minimnya perhatian pemerintah, yakni Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, terhadap kedua candi itu. Padahal, kedua bangunan itu adalah benda bersejarah yang memiliki banyak makna dan harus diturunkan kepada generasi muda. “Kalau tidak dijaga dengan baik, maka bisa rusak, terus anak muda kita kalau mau belajar sejarah mau ke mana lagi."
(mus)