Menkopolhukam Ajak NU Bentengi Surabaya dari Terorisme
Sabtu, 14 November 2015 - 19:33 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Luhut Binsar Pandjaitan, mengajak warga NU membentengi Surabaya dari tindakan terorisme. Alasannya, Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia, setelah Jakarta.
"Jadi, Surabaya ini juga bisa dianggap sebagai barometer keamanan nasional. Kalau Surabaya kondusif, maka bisa dipastikan keamanan nasional juga kondusif," kata Luhut saat bertemu dengan para pengurus NU di Hotel Empire Palace, Surabaya, Sabtu, 14 November 2015.
Untuk mewujudkan hal itu, menurut Luhut, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
"NU bisa berperan aktif saling bahu membahu dengan BNPT," ujar Luhut.
Cara lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan cara persuasif. Misalnya, dengan menggunakan ketokohan para kiai. Ia menilai, cara-cara semacam itu akan berjalan sangat efektif untuk membentengi Surabaya dari bahaya terorisme.
"Misalnya, kalau saja ada kiai NU yang masuk golongan superpintar sebesar 0,5 persen dari 80 juta warga NU, atau sekitar 4 juta maka akan aman. Karena sampai sekarang kiai NU yang masuk kategori superpintar belum mencapai jumlah itu," tuturnya.
Baca Juga :
"Jadi, Surabaya ini juga bisa dianggap sebagai barometer keamanan nasional. Kalau Surabaya kondusif, maka bisa dipastikan keamanan nasional juga kondusif," kata Luhut saat bertemu dengan para pengurus NU di Hotel Empire Palace, Surabaya, Sabtu, 14 November 2015.
Untuk mewujudkan hal itu, menurut Luhut, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
"NU bisa berperan aktif saling bahu membahu dengan BNPT," ujar Luhut.
Cara lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan cara persuasif. Misalnya, dengan menggunakan ketokohan para kiai. Ia menilai, cara-cara semacam itu akan berjalan sangat efektif untuk membentengi Surabaya dari bahaya terorisme.
"Misalnya, kalau saja ada kiai NU yang masuk golongan superpintar sebesar 0,5 persen dari 80 juta warga NU, atau sekitar 4 juta maka akan aman. Karena sampai sekarang kiai NU yang masuk kategori superpintar belum mencapai jumlah itu," tuturnya.