Diteror, Diskusi LGBT di Malang Dibatalkan

Komunitas LGBT.
Sumber :
  • REUTERS/Thomas Peter
VIVA.co.id
- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya Malang membatalkan kegiatan Brawijaya International Youth Forum 2015. Acara yang seharusnya berlangsung pada 11 hingga 12 November di Malang itu diurungkan setelah panitia menerima sejumlah ancaman dan intimidasi lewat pesan pendek dan telepon.


"Kami menerima pesan pendek dan telepon yang meminta acara dibatalkan, jika tidak dibatalkan, ada kelompok yang mengancam akan membubarkan," kata juru bicara panitia, Teuku M. Farhan Alqifari, Jumat 13 November 2015. Ancaman diberikan kepada panitia lantaran peneror menganggap forum itu mendiskusikan isu sensitif seputar lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).


Farhan menjelaskan, acara bertema The Rights of Minorities in a globalizied world itu sebenarnya membahas isu yang lebih luas, yaitu tentang hak asasi manusia kaum minoritas. "Kelompok LGBT ini hanya salah satu bagian kecil isu yang dibahas," katanya.

Ancaman itu diterima sepekan sebelum acara. Panitia diteror pesan pendek dan telepon. Sedangkan panitia telah memesan tempat jauh hari dan sekitar 90 mahasiswa telah memesan tiket diskusi dengan membayar biaya sebesar Rp 300 ribu.

"Sekarang kami harus mengembalikan dana dan membatalkan sejumlah kerjasama," katanya. Farhan mengaku kegiatan ini sebelumnya telah mendapat ijin dari Dekan FISIP Universitas Brawijaya Malang. Dia menyayangkan ada initimidasi yang menbatalkan acara tersebut.


Menurutnya, diskusi itu murni inisiatif BEM FISIP serta tak ada pesanan dari pihak tertentu untuk membahas isu LGBT. Apalagi dalam forum tersebut tak mengundang kelompok minoritas LGBT. Forum dihadiri anak muda terutama mahasiswa.


Rencananya acara diselenggarakan di Hotel Swiss Bell In Malang, 11-12 November 2015. Diantaranya menghadirkan narasumber meliputi Dirjen HAM Kementerian Luar Negeri Dicky Komar, perwakilan UNDP Hendry Yulius Wijaya, pengajar Universitas Frankfrut Frank Large, aktivis LGBT Dede Utomo, Wakil Sekretaris PWNU Ahmad Rubaidi.


Wakil Dekan II FISIP Universitas Brawijaya Imron Rozuli mengaku telah mengingatkan mahasiswa agar berhati-hati menyangkut isu sensitif. "Sebab bukan hanya mahasiswa, intimidasi juga diterima pejabat di dalam kampus, rektor juga ditekan pihak luar," katanya.