Menengok Rumah Tempat RA Kartini Dipingit Sang Ayah
Selasa, 10 November 2015 - 11:00 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id - Raden Ajeng Kartini satu diantara pahlawan nasional yang dikenal gigih memperjuangkan emansipasi wanita. Judul buku kumpulan surat yang ditulisnya, Habis Gelap Terbitlah Terang, menjadi slogan populer sekaligus ikon perjuangan kesetaraan perempuan.
Baca Juga :
Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879. Bangsawan yang merupakan putri bupati Jepara, Raden Mas Adipati Sosroningrat, itu pada akhir hayatnya tinggal di Rembang, Jawa Tengah. Tepatnya di rumah suaminya, KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang juga bupati Rembang saat itu.
Rumah di Jalan Gatot Soebroto Rembang itu kini menjadi saksi bahwa selama lebih setahun, Kartini pernah menghabiskan waktu dan menuliskan beberapa pemikirannya.
Kini, rumah itu dijadikan Museum Kartini yang memamerkan sejumlah barang-barang milik Kartini semasa hidup. Pemerintah Kabupaten Rembang mengkomersialkan tempat itu untuk umum dan menjadi buruan wisata sejarah.
Di dalam rumah/museum itu, sejumlah koleksi dibagi menjadi delapan ruangan dengan jumlah koleksi mencapai 133 jenis barang. Ruangan-ruangan itu akrab disebut ruang pengabadian RA Kartini, karena memamerkan barang-barang asli yang akrab dengan kehidupan Kartini semasa hidup. Mulai foto, perabot rumah, hingga sejumlah karya yang pernah ditulis Kartini.
Satu ruang yang begitu memikat mata bernama Ranjang Kartini. Lokasi yang berada di bagian depan sebelah kiri ruangan tengah itu mempunyai daya tarik sendiri karena menyimpan sejumlah perabot kamar milik RA Kartini saat itu.
Ranjang milik Kartini terlihat masih kokoh meski sudah termakan usia. Ranjang berbahan kayu jati dengan khas ukiran Jepara berukuran 3x2 meter itu menyimpan sejarah panjang.
"RA Kartini melahirkan anak bernama Soesalit di ranjang itu pada usia 25 tahun. Kemudian empat hari setelah melahirkan, beliau juga meninggal di ranjang ini," kata Kepala Seksi Sejarah Museum dan Purbakala Kabupaten Rembang, Siti Nurhayati, kepada VIVA.co.id belum lama ini.
Selanjutnya... Meninggal di Ranjang
Meninggal di Ranjang
Ihwal meninggalnya Kartini di ranjang itu memang masih tanda tanya. Konon, setelah melahirkan anak satu-satunya, Kartini oleh dokter Belanda dan Jawa yang merawat saat itu masih dinyatakan sehat. Namun, tiba-tiba Kartini dinyatakan kritis dan meninggal sepulang dirawat.
"Ceritanya, setelah dirawat dan dinyatakan sehat Kartini dibawa pulang. Di rumah ini tiba-tiba beliau sakit perut dan meninggal," Nurhayati menceritakan.
Tak jauh dari ranjang keabadian Kartini, ada sejumlah benda yang juga menarik lain untuk ditengok. Salah satunya, kaca hias milik Kartini yang kini masih utuh. Di sana, Kartini selalu beraktivitas bersolek seperti halnya wanita lain pada umumnya.
Masih di area kamar Kartini, dipajang pula baju bersejarah milik Kartini, tepat di samping ranjang. Baju berbahan kain beludru warna biru tua dengan payet keemasan itu adalah simbol kebesaran Kartini setiap menghadiri acara penting. Pernah dipakai waktu pengantin dan acara kebesaran serta upacara tertentu.
"Usia baju ini kini sudah 112 tahun. Sering ikut pameran kesejarahan di Semarang dan sejumlah kota besar di Indonesia. Ini adalah ikon mode Kartini," kata Nurhayati.
Tak kalah menarik, di bagian samping kamar, ada sebuah bak mandi model Belanda yang sangat unik. Bak berukuran 2x3 meter itu lengkap dengan shower yang masih asli. Bentuknya sederhana, namun unik karena bak mandi itu masih memiliki model empat kaki yang sangat khas.
Di area depan kamar mandi akan ditemuai ruang berama Pringgitan. Tempat yang cukup luas dan terbuka itu dulu kerap dipakai Kartini untuk bersantai dan membaca buku, melukis, membatik dan merangkai bunga.
"Kebetulan ini berada di area depan taman bunga. Pada masanya Kartini sangat menyukai bunga kantil, bunga melati dan mawar Perancis. Hasil karya rangkaian bunga beliau kini disimpan di museum Jakarta," katanya.
Selain di area ranjang keabadian Kartini, pengunjung bisa juga melihat sejumlah ruang lain, seperti koleksi buku, Ruang Habislah Gelap Terbitlah Terang serta Ruang Keluarga yang berisi foto serta aneka mainan saat Kartini hidup.
Satu benda lain yang punya cerita panjang adalah benda bernama Gebyok Rono. Gebyok atau tirai kayu penyekat rumah khas Jawa itu pernah menjadi saksi saat Kartini dipingit sang ayah. Melalui lubang di sela-sela gebyok itu Kartini mengintip calon suaminya yang datang ke rumah ayahnya, yakni Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.