Perguruan Tinggi Turun Tangan Tangani Kebakaran Hutan
- VIVA.co.id/Mitra Angelia
VIVA.co.id - Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemristekdikti) melaksanakan aksi dalam rangka membantu menangani kebakaran hutan dan lahan yang melanda wilayah Indonesia saat ini.
Kementerian tersebut menggandeng beberapa perguruan tinggi (PT) untuk menerjunkan tim kebencanaan dalam bentuk implementasi riset atau program tentang bencana kebakaran.
Perguruan tinggi yang terlibat yaitu ITB, UGM, UI, Universitas Diponegoro, Universitas Andalas, Universitas Riau dan Universitas Lampung.
Menristekdikti, Muhammad Nasir mengatakan kementeriannya sudah berkoordinasi dengan perguran tinggi di Indonesia. Ia mengatakan institusinya dan perguruan tinggi itu fokus pada wilayah yang sudah kena asap dan komitmen untuk membersihkan asap.
"Para peneliti sudah memasukkan hasil penelitian, baik dengan pendekatan membran dan pendekatan teknologi plasma yang dilakukan dengan nanotekno, ini sudah diproduksi dan segera kami kirimkan ke sana," ujar Nasir di Gedung Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Kamis 5 November 2015.
Nasir mengatakan, untuk ITB, penelitinya membuat alat Fresh-On 2015. Alat ini mampu menyaring partikel sangat kecil hingga berdiameter 50 nanometer yang melayang di udara bersama asap pekat beracun. Alat itu juga dikenal dengan nama 'Kelas Aman Asap'.
Nasir menjelaskan, alat itu telah berhasil menurunkan udara yang memiliki Indeks Standar Pencemaran Udara yang tinggi menjadi rendah sehingga udara yang masuk kelas adalah udara bersih. "Anak-anak bisa belajar dengan tenang," katanya.
Nasir mengatakan tim ahli Pusat Riset dan Respons Bencana UI berkontribusi dengan membuat alat penghisap asap (smoke absorber).
Sedangkan Universitas Diponegoro, Semarang membuat alat pembersih udara dengan sistem nano, yang disebut Zeta Green. Tak ketinggalan UGM, Univeritas Andalas, Universitas Riau, Universitas Lampung melakukan aktivitas sosial lainnya seperti penggalangan dana, penyuluhan, tindakan kesehatan dan lain-lain.
Untuk teknologi Flash-on, kata Nasir, sudah mulai dikirimkan ke area terdampak kebakaran beberapa waktu lalu.
"Distribusi yang sudah ada di Jambi, yang dikirimkan ke sekolah-sekolah, kemarin bersama Dikbud, itu flash on," katanya.
Sementara untuk teknologi yang baru mulai dikirimkan adalah plasma, yang jumlahnya baru sedikit. Untuk pengiriman alat berbasis membran masih dalam rencana, karena alat tersebut menggunakan listrik, perlu dimatangkan.
"Alat ini (membran) kemampuannya bisa cepat, tapi harus di dukung listrik, ini yang segera kita lakukan, bisa mengatasi hingga 25 dan 50 persen," ucapnya.
Untuk rencana selanjutnya, Kemenristekdikti akan membuat konsorsium untuk pencegahan mengatasi kebakaran hutan, meski kebakaran bisa ditimbulkan melalui dua sisi yaitu hutan dan gambut.