BPPT: Tak Ada Teknologi Bisa Padamkam Kebakaran Hutan
Minggu, 1 November 2015 - 18:34 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro
VIVA.co.id - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menilai eskalasi kebakaran hutan dan lahan tahun ini tergolong sangat hebat. Bahkan tidak ada teknologi apapun yang mampu memadamkan kecuali hujan.
Baca Juga :
Kepala BPPT, Unggul Priyanto mengatakan selama ini upaya melakukan hujan buatan terkendala oleh minimnya awan selama puncak musim kemarau. Pemadaman dengan waterbooming juga dinilai tidak maksimal karena titik api pada lahan gambut berada dibawah permukaan.
"Hutan gambut itu sulit dipadamkan, titik apinya berada cukup dalam, biasanya gambut baru bisa padam jika kena hujan terus menerus," kata Unggul saat jumpa pers, di Lanud Halim Perdaka Kusuma, Jakarta, Minggu 1 November 2015.
Menurut Unggul, asap pekat akibat kebarakan lahan juga menjadi kendala terciptanya hujan. Asap menghalangi radiasi masuk ke permukaan bumi, sehingga suhu permukaan bumi tidak cukup hangat untuk membuat labil profil vertical temperature udara.
Padahal, profil vertical temperature udara labil inilah yang menjadi media bagi terbentuknya awan akibat aktivitas konveksi atau pengangkatan masa udara agar terjadi kondensasi.
"Akhirnya, awan menjadi sulit terbentuk dan tentu saja hujan tidak terjadi" ujarnya. Unggul menjelaskan, asap pekat kebakaran hutan dan lahan didominasi oleh partikel sangat kecil berukuran kurang dari dua mikron sebanyak 2.000 butir per meter kubik (m3).
Sehingga ketika awan berada diwilayah yang asapnya pekat, asap akan berebut uap air dengan butiran awan sehingga awan akan selalu berada pada fase mula.
"Awan pada fase mula ditandai dengan butir butir awan berukuran kecil, akibatnya proses hujan akan sangat sulit terjadi" tambahnya.
Untuk memaksimalkan pemadaman, kata Unggul, perpaduan pemadaman dari darat, waterbooming dan hujan buatan harus dikombinasikan menjadi satu kesatuan. Ketika musim kering waterboming harus diinsentifkan, sebab hujan buatan membutuhkan awan sebagai wadah penyemaian garam.
"Satu minggu kedepan peluang masih ada, sekarang sudah masuk musim peralihan, kita akan manfaatkan seoptimal mungkin awan-awannya sehingga bisa memadamkan hotspot," ujar dia. (ren)