Tujuh Gunung Ditutup, Ganjar Tindak Tegas Pendaki Nekat
Sabtu, 31 Oktober 2015 - 17:46 WIB
Sumber :
- ANTARA/Siswowidodo
VIVA.co.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, meminta seluruh jalur pendakian tujuh gunung di wilayah Jawa Tengah ditutup total selama musim kemarau. Pihaknya juga meminta agar seluruh elemen masyarakat dan penjaga pos pendakian gunung mengamankan para pendaki yang nekat mendaki paska imbauan itu diberlakukan.
Pentupan pendakian selama musim kemarau ini dilakukan untuk meminimalisir bencana kebakaran yang telah melanda tujuh gunung di Jateng. Masing-masing Gunung Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu, Slamet dan terakhir Gunung Lawu.
Menurut Ganjar, insiden korban jiwa yang belakangan terjadi disebabkan karena kelalaian para pendaki yang melakukan aktivitas pendakian.
"Waktu itu memang kayaknya belum ditutup. Dengan kondisi begitu tidak ada peringatan, maka kalau sekarang ini sudah ada peringatan. Jadi mereka nekat mendaki maka akan kita ambil tindakan," kata Ganjar usai memantau langsung lokasi kebakaran Gunung Lawu di Pos Pendakian Cemoro Sewu, Karanganyar, Sabtu, 31 Oktober 2015.
Ganjar menyampaikan, pengalaman kebakaran di Gunung Lawu agar menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih arif menyikapi kebakaran yang terjadi. Meskipun sanksi ini masih bersifat imbauan, Ganjar meminta aktivitas pendakian untuk langsung dihentikan.
Sebagai mantan Ketua Mapala di UGM Yogyakarta, Ganjar mengkategorikan para pendaki itu dalam beberapa golongan. Ada pendaki yang sering mendaki, pendaki yang bermaksud piknik dan kebutuhan foto-foto.
"(Sanksinya) kalau levelnya yang masih pemula, kita bina, kita kasih tahu. Kita catat saja. Jadi harus sampai dari nama ke nama. Kalau itu dari sekolah kita sampaikan pada keluarganya, kita sampaikan pada institusinya. Hingga dia bisa mengerti bahwa ini berbahaya," beber dia.
Selain itu, sensitivitas dan pengetahuan terhadap kondisi cuaca saat mendaki sangat diperlukan oleh pendaki. Hal ini terkait dengan sistem informasi yang disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Jika sudah ada peringatan bahaya cuaca jika melakukan pendakian tetap nekat, tindakan dan sanksi keras perlu diberikan ke pendaki.
"Yang lebih sistematis berikutnya adalah tahun depan tidak boleh begitu. Maka sensitivitas pada cuaca harus melekat pada dirinya," katanya.
Pihaknya pun menggandeng sejumlah unsur terkait seperti TNI-Polri, Ormas, BMKG dan elemen masyarakat untuk bekerjasama mengamankan aktivitas di gunung. Paling penting, menurut Ganjar, paska kebakaran yang terjadi di seluruh gunung di Jateng, budaya menanam harus langsung dilakukan.
Khusus penanganan paska kebakaran Gunung Lawu, Pemprov Jateng siap menjalin koordinasi dengan Pemprov Jawa Timur jika ada masalah teknis yang diperlukan pertemuan untuk pengambilan keputusan.
"Kalau koordinasi dengan Pakde Karwo (Gubernur Jawa Timur Soekarwo) sudah. Sampai hari ini BPBD dulu tingkatannya. Nanti kalau akan koordinasi bersama kita pada tingkat lebih tinggi kita siap," katanya.
Baca Juga :
Pentupan pendakian selama musim kemarau ini dilakukan untuk meminimalisir bencana kebakaran yang telah melanda tujuh gunung di Jateng. Masing-masing Gunung Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu, Slamet dan terakhir Gunung Lawu.
Menurut Ganjar, insiden korban jiwa yang belakangan terjadi disebabkan karena kelalaian para pendaki yang melakukan aktivitas pendakian.
"Waktu itu memang kayaknya belum ditutup. Dengan kondisi begitu tidak ada peringatan, maka kalau sekarang ini sudah ada peringatan. Jadi mereka nekat mendaki maka akan kita ambil tindakan," kata Ganjar usai memantau langsung lokasi kebakaran Gunung Lawu di Pos Pendakian Cemoro Sewu, Karanganyar, Sabtu, 31 Oktober 2015.
Ganjar menyampaikan, pengalaman kebakaran di Gunung Lawu agar menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih arif menyikapi kebakaran yang terjadi. Meskipun sanksi ini masih bersifat imbauan, Ganjar meminta aktivitas pendakian untuk langsung dihentikan.
Sebagai mantan Ketua Mapala di UGM Yogyakarta, Ganjar mengkategorikan para pendaki itu dalam beberapa golongan. Ada pendaki yang sering mendaki, pendaki yang bermaksud piknik dan kebutuhan foto-foto.
"(Sanksinya) kalau levelnya yang masih pemula, kita bina, kita kasih tahu. Kita catat saja. Jadi harus sampai dari nama ke nama. Kalau itu dari sekolah kita sampaikan pada keluarganya, kita sampaikan pada institusinya. Hingga dia bisa mengerti bahwa ini berbahaya," beber dia.
Selain itu, sensitivitas dan pengetahuan terhadap kondisi cuaca saat mendaki sangat diperlukan oleh pendaki. Hal ini terkait dengan sistem informasi yang disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Jika sudah ada peringatan bahaya cuaca jika melakukan pendakian tetap nekat, tindakan dan sanksi keras perlu diberikan ke pendaki.
"Yang lebih sistematis berikutnya adalah tahun depan tidak boleh begitu. Maka sensitivitas pada cuaca harus melekat pada dirinya," katanya.
Pihaknya pun menggandeng sejumlah unsur terkait seperti TNI-Polri, Ormas, BMKG dan elemen masyarakat untuk bekerjasama mengamankan aktivitas di gunung. Paling penting, menurut Ganjar, paska kebakaran yang terjadi di seluruh gunung di Jateng, budaya menanam harus langsung dilakukan.
Khusus penanganan paska kebakaran Gunung Lawu, Pemprov Jateng siap menjalin koordinasi dengan Pemprov Jawa Timur jika ada masalah teknis yang diperlukan pertemuan untuk pengambilan keputusan.
"Kalau koordinasi dengan Pakde Karwo (Gubernur Jawa Timur Soekarwo) sudah. Sampai hari ini BPBD dulu tingkatannya. Nanti kalau akan koordinasi bersama kita pada tingkat lebih tinggi kita siap," katanya.