NU Bangun Pesantren Bebas Asap di Sumsel
Jumat, 30 Oktober 2015 - 11:39 WIB
Sumber :
- Dokumentasi LPBI NU
VIVA.co.id - Nahdlatul Ulama (NU) membangun pesantren yang diklaim sebagai area bebas asap di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Kawasan bebas asap itu sebenarnya memanfaatkan sebuah ruangan cukup luas, namun tertutup di Pesantren Sabilul Hasanah, Jalan Raya Palembang-Jambi, Kilometer 24, Desa Purwosari, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin.
Ruangan itu dilengkapi alat penyejuk ruangan, purifier, atau alat penjernih udara, tabung oksigen, dan tempat beristirahat. Para santri dan warga sekitar tak dipungut biaya untuk memanfaatkan fasilitas, atau menghirup udara segar beberapa saat di ruangan itu, sesudah mereka beraktivitas seharian.
Pesantren bebas asap itu adalah proyek sosial yang dikerjakan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU). Proyek itu dilaksanakan tanpa batas waktu yang belum ditentukan, atau sampai kualitas udara di Sumatera Selatan, dinyatakan aman dan bebas kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan.
Yulistianto, seorang relawan LPBI NU, menjelaskan bahwa kabut asap dalam waktu yang lama menyebabkan kesehatan masyarakat terganggu, karena kualitas udara sangat buruk.
Baca Juga :
Masyarakat, terutama sekali anak-anak, amat membutuhkan tempat yang bebas asap untuk mendapatkan udara segar. Pesantren bebas asap itu diharapkan dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan kabut asap.
Seorang pengurus Pesantren Sabilul Hasanah, Edi Santoso, berterima kasih telah memercayakan kepada pesantren itu sebagai tempat untuk mengurangi dampak kabut asap bagi santri dan masyarakat. Bantuan masker, tabung oksigen, dan ruang bebas asap itu sangat bermanfaat bagi santri dan masyarakat yang setiap hari beraktivitas di tengah kepungan asap.
Ketua LPBI NU, M. Ali Yusuf, mengingatkan lagi kepada Pemerintah, masyarakat, dan kalangan usaha untuk merumuskan solusi dan memulai aksi mengatasi serta mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di masa mendatang.
Menurut Ali, sudah ada banyak usulan dan masukan dari banyak pihak tentang solusi karhutla. Tapi hal paling awal yang harus dilakukan semua pihak adalah mengubah pola pikir pasif dan reaktif menjadi proaktif dan progresif. Caranya, ialah menjadikan pengurangan risiko bencana sebagai cara pandang atau paradigma dalam penanggulangan bencana. (asp)