22 Oktober Jadi Hari Santri, Said Agil: Ini Penghargaan
Minggu, 18 Oktober 2015 - 21:16 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Tudji Martudji
VIVA.co.id - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Agil Siradj menyambut baik keputusan pemerintah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri.
Ia menyebut penetapan itu sebagai sebuah penghargaan atas perjuangan para santri saat masa kemerdekaan.
"Ini bentuk penghargaan atas perjuangan para santri. Saat itu, KH Hasyim Asy'ari yang mengobarkan semangat Revolusi Jihad. Yang dikatakan fardlu ain, bahwa membela tanah air adalah sebuah kewajiban. Maka berbondong-bondonglah para santri menuju Surabaya untuk berperang melawan tentara Sekutu," ujar Said Agil saat melepas ratusan santri dalam kirab Hari Santri Nasional di Surabaya, Minggu 18 Oktober 2015.
Kala itu, cerita Said Agil, setelah mengetahui tentara sekutu pimpinan Jenderal Mallaby mendarat di Surabaya. Para kiai berkumpul, mengadakan pertemuan membahas bentuk perlawanan yang akan dilakukan, itu setelah sejumlah kiai bertemu dengan Bung Karno.
Peran para santri itu kemudian dikenal dengan pertempuran rakyat hingga menelan 20 ribu orang santri meninggal dunia dalam perang.
"Pertemuan dilakukan dua hari, setelah mendapat perintah dari Bung Karno, kala itu. Pertemuan dilakukan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, diikuti sejumlah kiai se-Jawa dan Madura, selama dua hari 20 sampai 22 Oktober 1945," urai Said Agil.
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menambahkan di Jawa Timur, hari Santri akan terus diperingati sebagai bentuk penghormatan terhadap para santri.
"Pesan Bapak Gubernur Soekarwo, Hari Santri akan terus diperingati sebagai rangkaian Hari Pahlawan, yang merupakan pertempuran terbesar di Jawa untuk melawan agresi militer," kata pria yang akrab disapa Gus Ipul tersebut.
Rangkaian kegiatan Hari Santri ini sebelumya diawali dengan Fun Run Sarungan diikuti 10 ribu santriawan dan santriwati, pukul 06.30 WIB dari depan PCNU Kota Surabaya di Jalan Bubutan menuju Monumen Tugu Pahlawan.
Kemudian, rangkaian acara lainnya adalah seminar, yang digelar 19 Oktober 2015, dengan menghadirkan pelaku sejarah, Sunyoto.
Sebelum pelepasan kirap, dilakukan pembacaan ikrar santri, yang isinya tetap menjaga keutuhan negara kesatuan RI. Kirap ini ditandai dengan melepas 100 orang santri menuju Gresik, selanjutnya secara estafet menuju Tugu Proklamasi di Jakarta.
Baca Juga :
Ia menyebut penetapan itu sebagai sebuah penghargaan atas perjuangan para santri saat masa kemerdekaan.
"Ini bentuk penghargaan atas perjuangan para santri. Saat itu, KH Hasyim Asy'ari yang mengobarkan semangat Revolusi Jihad. Yang dikatakan fardlu ain, bahwa membela tanah air adalah sebuah kewajiban. Maka berbondong-bondonglah para santri menuju Surabaya untuk berperang melawan tentara Sekutu," ujar Said Agil saat melepas ratusan santri dalam kirab Hari Santri Nasional di Surabaya, Minggu 18 Oktober 2015.
Kala itu, cerita Said Agil, setelah mengetahui tentara sekutu pimpinan Jenderal Mallaby mendarat di Surabaya. Para kiai berkumpul, mengadakan pertemuan membahas bentuk perlawanan yang akan dilakukan, itu setelah sejumlah kiai bertemu dengan Bung Karno.
Peran para santri itu kemudian dikenal dengan pertempuran rakyat hingga menelan 20 ribu orang santri meninggal dunia dalam perang.
"Pertemuan dilakukan dua hari, setelah mendapat perintah dari Bung Karno, kala itu. Pertemuan dilakukan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, diikuti sejumlah kiai se-Jawa dan Madura, selama dua hari 20 sampai 22 Oktober 1945," urai Said Agil.
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menambahkan di Jawa Timur, hari Santri akan terus diperingati sebagai bentuk penghormatan terhadap para santri.
"Pesan Bapak Gubernur Soekarwo, Hari Santri akan terus diperingati sebagai rangkaian Hari Pahlawan, yang merupakan pertempuran terbesar di Jawa untuk melawan agresi militer," kata pria yang akrab disapa Gus Ipul tersebut.
Rangkaian kegiatan Hari Santri ini sebelumya diawali dengan Fun Run Sarungan diikuti 10 ribu santriawan dan santriwati, pukul 06.30 WIB dari depan PCNU Kota Surabaya di Jalan Bubutan menuju Monumen Tugu Pahlawan.
Kemudian, rangkaian acara lainnya adalah seminar, yang digelar 19 Oktober 2015, dengan menghadirkan pelaku sejarah, Sunyoto.
Sebelum pelepasan kirap, dilakukan pembacaan ikrar santri, yang isinya tetap menjaga keutuhan negara kesatuan RI. Kirap ini ditandai dengan melepas 100 orang santri menuju Gresik, selanjutnya secara estafet menuju Tugu Proklamasi di Jakarta.