OSN Pertamina Kompetisi Sains Bergengsi dan 'Keren'
VIVA.co.id - Tidak banyak kompetisi sains dan ilmu pengetahuan yang populer di mata remaja. Pun di tengah bisingnya industri hiburan mereka lebih mengenal kompetisi musik dan film untuk berlaga. Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina adalah opsi bagi anak muda untuk memamerkan kepiawaiannya di bidang ilmu pengetahuan.
Tak ada yang beda dengan ribuan mahasiswa yang memenuhi Balairung UI, saat pembukaan OSN Pertamina 2015, Kamis 15 Oktober lalu. Mereka adalah mahasiswa biasa, seperti mahasiswa pada umumnya. Tidak terkesan serius, lebih cenderung 'gaul'. Bahkan pada kompetisi sains project, beberapa peserta yang terdiri dari satu tim memaparkan project yang diusung dengan gayanya masing-masing. Pemaparannya membuat para pengunjung yang dijelaskan langsung berkomentar 'wow, keren', jauh dari kesan bingung atau mengernyitkan dahi.
Mahasiswa Teknik Fisika UI, Dio menuturkan, OSN Pertamina sudah populer di kalangan siswa SMA. Sedangkan di jenjang perkuliahan, terutama di jurusan sains seperti fisika, OSN Pertamina wajib diikuti. Ajang ini semakin bergengsi karena persaingannya ketat, apalagi tahun ini temanya sudah ditentukan, yakni Energi Baru dan Terbarukan. "OSN Pertamina ini sangat bergengsi karena semua mahasiswa sains berkumpul. Kami semakin terpacu untuk membuktikan bahwa kami yang terbaik," katanya.
OSN Pertamina kedelapan ini mengambil tema Energi Baru dan Terbarukan. Di samping berkurangnya energi fosil, Pertamina memandang tema ini perlu diambil karena cita-cita bauran energi pemerintah di 2025 nanti sekitar 25 persen dari seluruh penggunaan energi akan menggunakan energi baru terbarukan.
Dio dan kedua rekannya yang meneliti alga sebagai energi terbarukan menuturkan, OSN Pertamina bisa meningkatkan kompetensi sains di Indonesia. Peserta diadu untuk berpikir kritis dan mendalami apa problema energi bangsa. Dia mengusulkan alangkah baiknya jika Pertamina mengadakan olimpiade serupa untuk siswa SD dan SMP agar semakin banyak siswa yang berkualitas di bidang sains dan teknologi.
Sementara itu, Siska Dwi Wahyuni, mahasiswa Teknik Fisika UI melakukan penelitian soal kompor energi panel surya. Siska dan timnya ingin membuat kompor induksi yang sumbernya berasal dari energi surya. Kompor dari panel surya dibuat untuk mendukung program pemerintah yang ingin membuat penyediaan listrik 35.000 megawatt (MW). "Kalau kompor listrik sekarang kan masih memakai energi listrik," paparnya.
Menurut dia, kompor ini lebih efisien daripada kompor biasa. Dari segi bahan semua sudah tersedia apalagi energi surya sangat melimpah di Indonesia yang beriklim tropis. Kompor energi surya ini juga less cost. Pengguna hanya perlu modal diawal untuk membeli perangkat dan setelah penggunaan selama beberapa tahun kemudian bisa balik modal. "Kompor dengan sistem panel surya sendiri bisa bertahan sampai 20 tahun," katanya.
Siska menyebutkan, kendala dalam pembuatan kompor ini hanya pada panel. Misalkan jika butuh listrik yang banyak membutuhkan panel lebih besar, maka membutuhkan biaya lebih mahal karena dibutuhkan panel yang lebih besar.
Ada juga trio Kevin, Eko dan Ramda dari FMIPA Kimia UI yang membuat proyek bio-fuel dari alga. Mereka menjelaskan tanaman yang hidup di air tawar ataupun laut itu sebenarnya bisa menghasilkan energi. Alga nantinya juga bisa membantu proses penghasil gas hidrogen dan nanti di dalam reaktornya alga membantu proses penghasilan bio electricity.
Inspirasi alga ini sebenarnya berasal dari alga yang tumbuh banyak di danau UI. Selama ini, kebanyakan mahasiswa masih memandang alga hanyalah tanaman pencemar saja. “Padahal ada keuntungan lain, yakni selain dengan potensi energi yang bisa digunakan untuk bermacam-macam energi seperti bio-diesel, bio-fuel dan juga untuk menghasilkan energi hydrogen,”papar Kevin.
"Juga karena alga itu punya ukuran yang kecil, seperti microalga yang permukaannya akan menjadi lebih besar sehingga nanti juga punya kapasitas untuk menyerap karbondioksida (C02) lebih baik dari pada satu pohon selama masa hidupnya," tutur Eko menambahkan rekannya.
Selain itu, keuntungan alga juga bisa menghasilkan energi sendiri, mudah dikembangbiakkan dan sering terdapat di perairan seperti danau-danau dan sungai di Indonesia yang tidak digunakan. "Kita ingin alga ini sebagai bio-fuel cell selain bio-diesel dan produksi hidrogen," imbuh dia.
Proyek sains lainnya yang dipaparkan yakni pemanfaatan tandan buah sawit sebagai bioetanol. Proyek tersebut dipresentasikan oleh mahasiswa FMIPA Kimia UI. Tandan kelapa sawit, bisa mengantikan energi-energi yang cepat habis seperti bensin dan segala macamnya. Selama ini tandan kelapa sawit dianggap sebagai limbah bagi pelaku perkebunan sawit.
"Kelapa sawit kan biasanya diambil buahnya saja. Ini ternyata 22 persennya ada empy palm fruit bunch-nya atau EPFB kita sebutnya. Tandannya ini ternyata tidak dipakai untuk membuat minyak kelapa sawit. Sebanyak 22 persen yang ternyata itu masih punya banyak banget energinya kalau kita hitung ternyata seperempat kilonya itu menghasilkan sekitar 4.000 Joules, artinya setara dengan 1 liter bensin premium. Nah ini kita usahakan untuk menjadi sumber bahan baku energi terbarukan," katanya.
Antusiasme para peserta OSN Pertamina baik di kategroi sains project maupun teori, tak mengalahkan ajang kompetisi pencari bakat. Ternyata di tengah hingar bingar kompetisi budaya popular, Olimpiade Sains masih diperhitungkan anak muda khususnya kalangan mahasiswa.
Menurut mahasiswa Teknik Kimia Universitas Indonesia (UI) Rika Andriani, OSN Pertamina merupakan kompetisi bergengsi yang diikuti mahasiswa cerdas dari seluruh nusantara. Dia belum mau memasang target tinggi-tinggi, termasuk lolos dari babak penyisihan. Sebab ini untuk baru pertama kali dirinya mengikuti OSN tingkat perguruan tinggi. Walaupun sebenarnya semasa duduk di bangku SMA Rika sudah pernah mengikuti kompetisi serupa untuk tingkat provinsi.
"Kalau sekarang ikut-ikutan dulu karena aku liat pesertanya keren-keren banget. Tahun depan aku akan belajar keras untuk jadi juara," katanya.
Rika berharap OSN Pertamina rutin digelar setiap tahun. Sebab belum banyak olimpiade sains sejenis yang bergengsi layaknya OSN ini. Pada kompetisi ini kemampuan para mahasiswa di bidang sains diuji. Mahasiswa pun akan semakin tertantang untuk mempersembahkan yang terbaik karena gengsi sebagai juara di laga ini bagus untuk portofolio di masa depan.
Dimata para peserta, OSN Pertamina itu ibarat kristalisasi pelajaran yang selama ini mereka ikuti. "Kami kan dari program kimia. Kami akan mengeksplor lagi apa-apa yang sudah kami dapat di bangku kuliah dengan mengaplikasikan yang ada di lingkungan untuk diaplikasikan di masyarakat," ujarnya.(Webtorial)