Anak Pengungsi Rusuh Aceh Singkil Dua Hari Tak Sekolah
- ANTARA FOTO/Moonstar Simanjuntak
VIVA.co.id - Ratusan anak-anak korban kerusuhan di Aceh Singkil mengaku sudah dua hari tak bisa menikmati proses belajar dan mengajar di sekolah mereka.
Kini selama waktu itu, anak-anak yang terdiri dari siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama itu hanya mengisi hari mereka dengan bermain di lokasi pengungsian di Desa Saragih Tapanuli Tengah Sumatera Utara.
"Sudah dua hari tidak sekolah. Seharian cuma main-main saja di sini," kata Rifka seorang siswa SD, Jumat 16 Oktober 2015.
Ia mengaku menyayangkan karena tidak bersekolah selama di pengungsian.
Firmandani Manik, siswa SMP di Kabupaten Aceh Singkil ini juga mengaku menyesal telah ikut bersama keluarganya mengungsi. Ia berharap secepatnya dapat kembali ke Aceh Singkil dan bisa berkumpul dengan rekannya yang lain.
"Sudah dua hari kami tak bersekolah. Mudah-mudahanlah cepat pulang lagi ke rumah," katanya.
Kerusuhan di Aceh Singkil pecah pada Selasa siang, 13 Oktober 2015. Sebuah gereja dilaporkan dibakar massa. Satu orang diantaranya tewas tertembak dan lima lainnya mengalami luka-luka.
Tak cuma itu, akibat pertikaian bernuansa agama itu, lebih dari 4.000 warga di Aceh Singkil akhirnya mengungsi hingga ke Sumatera Utara. Kepolisian setempat telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka, sisanya masuk dalam DPO dan puluhan lainnya masih menjadi saksi.
Syaren Situmorang/Sumatera Utara