Pemda Tak Peka Jadi Penyebab Rusuh Aceh Singkil

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA.co.id - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menilai lemahnya peran pemerintah daerah dalam mendeteksi konflik menjadi penyebab pecahnya pertikaian antar warga di Kabupaten Aceh Singkil pada Selasa 13 Oktober 2015.

"Seandainya Camat beserta mitranya Danramil dan Kapolsek memiliki kepekaan dan kemampuan deteksi dini yang baik, tentunya mereka akan mampu mencegah terjadinya konflik-konflik seperti yang terjadi di Kabupaten Singkil Aceh," ujar Tjahjo, Kamis, 15 Oktober 2015.

[Baca juga: ]

Ia menuturkan, hampir semua insiden konflik agama terjadi di wilayah kecamatan dan juga di desa atau kelurahan. Karena itu seharusnya aparat di tingkat daerah tersebut harus rutin melakukan koordinasi atau tukar pikiran bersama tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama di wilayahnya masing-masing.

"Bisa dengan membuat posko bersama di tingkat kecamatan atau forum komunikasi kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan," kata Tjahjo.

[Baca juga: ]

Ia menambahkan, Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, menjelaskan bahwa terkait pemerintahan umum maka camat memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan upaya pencegahan konflik, penghentian konflik dan pemulihan pasca konflik.

Kata Tjahjo, itu semua bisa melalui deteksi dan pencegahan dini dengan memberdayakan forum-forum yang ada seperti, Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat, Forum Kerukunan Umat Beragama termasuk kepala desa, lurah dan lainnya.
 
"Sambil menunggu Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), Kemendagri akan segera membuat surat edaran yang menginstruksikan agar tugas dan fungsi camat sebagai ketua Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) dan ketua tim terpadu penanganan konflik sosial di wilayah dapat maksimal dilaksanakan," kata Tjahjo.

Pada Selasa lalu, terjadi pembakaran sebuah gereja di Desa Sukamakmur Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil. Satu warga dilaporkan tewas dan lima lainnya terluka.

Akibat kejadian ini, hampir 5.000 warga di daerah itu akhirnya mengungsi hingga ke Provinsi Sumatera Utara. (ase)