Indonesia Harus Belajar dari Malaysia Tangani Kabut Asap
Minggu, 11 Oktober 2015 - 23:44 WIB
Sumber :
- REUTERS/Beawiharta
VIVA.co.id - Kebakaran hutan kerap melanda Indonesia setiap tahunnya. Untuk itu, pemerintah Indonesia ingin belajar menangani kebakaran hutan dari Malaysia.
"Disepakati bahwa kita harus belajar dalam penanganan asap," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu, 11 Oktober 2015.
Rizal mengatakan, upaya yang dilakukan Malaysia untuk menekan kebakaran hutan yakni di lahan gambut ditanami pipa.
"Jadi, airnya bisa disedot. Kalau terlalu kering, bisa disebarkan ke sekitarnya. Istilahnya, butiran airnya bikin suhu tak terlalu panas," kata dia.
Rizal menambahkan, Presiden Jokowi meminta agar dibangun sekat kanal agar kebakaran hutan tak merembet luas. "Kalau satu wiayah terbakar, dia enggak menyebar ke wilayah yang lainnya," kata Rizal.
Jokowi pun meminta agar ada pejabat Indonesia yang melihat cara penanggulangan kebakaran yang dilakukan Malaysia. Jika sistemnya bagus dan murah, cara tersebut bisa dikombinasikan dengan sistem kanal.
"Menurut saya, apa yang dilakukan ini sayang tak dilakukan dari dulu, sehingga kita seperti mulai dari nol dalam memecahkan (masalah) asap," katanya. (ase)
Baca Juga :
"Disepakati bahwa kita harus belajar dalam penanganan asap," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu, 11 Oktober 2015.
Rizal mengatakan, upaya yang dilakukan Malaysia untuk menekan kebakaran hutan yakni di lahan gambut ditanami pipa.
"Jadi, airnya bisa disedot. Kalau terlalu kering, bisa disebarkan ke sekitarnya. Istilahnya, butiran airnya bikin suhu tak terlalu panas," kata dia.
Rizal menambahkan, Presiden Jokowi meminta agar dibangun sekat kanal agar kebakaran hutan tak merembet luas. "Kalau satu wiayah terbakar, dia enggak menyebar ke wilayah yang lainnya," kata Rizal.
Jokowi pun meminta agar ada pejabat Indonesia yang melihat cara penanggulangan kebakaran yang dilakukan Malaysia. Jika sistemnya bagus dan murah, cara tersebut bisa dikombinasikan dengan sistem kanal.
"Menurut saya, apa yang dilakukan ini sayang tak dilakukan dari dulu, sehingga kita seperti mulai dari nol dalam memecahkan (masalah) asap," katanya. (ase)