Jangan Mengeluh di Tempat Ini, Bisa Jadi Kenyataan
VIVA.co.id - Masyarakat Kampung Budaya Sindangbarang, Bogor memiliki kebiasaan menziarahi makam keramat yang disebut dengan tradisi ngembangan. Petilasan itu disebut-sebut tempat peristirahatan Eyang Langlang Buana yang berada di dalam hutan Gunung Salak. Mereka datang untuk mendoakan nenek moyangnya.
Dalam perjalanan menuju makam leluhur yakni Eyang Langlang Buana. Masyarakat membawa sesaji berupa kembang tujuh rupa, jajanan pasar, buah, dan kopi hitam.
Sesampainya di lokasi, masyarakat memanjatkan doa agar dosa para pendahulu mereka diampuni Yang Maha Kuasa.
Lalu sejumlah tujuh macam kembang ditaburkan di atas makam leluhurnya. Warga percaya tradisi ini sebagai penghormatan atas jasa-jasa leluhur yang telah bekerja keras dengan sekuat tenaga mendirikan kampung di tatar Sunda.
Saat berada di Petilasan Prabu Langlang Buana, sesepuh kampung ini selalu mewanti-wanti agar tidak berperilaku tidak sopan ketika hendak menuju atau sedang berada pada lokasi makam.
“Kalau sedang menuju ke makam, jangan sekali-kali mengeluh apalagi bicara kotor. Jika mengeluh jauh atau lelah, bisa-bisa perkataan kita tersebut menjadi kenyataan,” kata salah seorang warga, Ujang.
Makam keramat yang berada di dekat punden berundak dan dibawah pepohonan tua ini laris diziarahi pemburu keberkahan. Namun masyarakat percaya, ramainya orang-orang yang datang erat kaitannya dengan tugas yang diemban oleh Prabu Lanhlang Buana.
Selain makam itu, terdapat makam Etong Sumawijaya, yang merupakan kakek dari Pupuhun Kampung ini. Jika dirunut mereka masih trah dari kerajaan Padjajaran.