Ini Alasan Mengapa Tambang Pasir Lumajang Diminati

Penambangan Pasir di Lumajang.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dyah Ayu Pitaloka.

VIVA.co.id - Pasir asal Lumajang memiliki kualitas baik untuk bahan konstruksi bangunan. Sejumlah proyek bangunan di Jawa Timur menetapkan pasir Lumajang sebagai spesifikasi bangunan.

Harga jual pasir Lumajang bahkan bisa naik berkali lipat setelah sampai di Surabaya. Dari harga Rp400 ribu untuk satu truk pasir di Lumajang, bisa meningkat menjadi Rp1,2 juta di Surabaya.

"Harga pasir Lumajang mahal karena kualitasnya," kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur, Ony Mahardika, Senin, 5 Oktober 2015.

Awalnya, para pengusaha tambang pasir menambang di sejumlah sungai yang alirannya berada di bawah Gunung Semeru. Namun, sejak tiga tahun lalu pengusaha menambang pasir besar-besaran di pantai baik legal maupun ilegal.

Penambang lantas mengirim pasir ke sejumlah lokasi penampungan pasir di sepanjang jalan utama Lumajang. Selanjutnya, pasir dikirim ke sejumlah kota di Jawa Timur.

Dalam proses penambanagn ilegal, Walhi sempat menemui penambang yang menyebutkan menyetor uang ke polisi. Mulai polisi di Kepolisian Sektor lokasi tambang, Kepolisian Resor Lumajang sampai ke Kepolisian Daerah Jawa Timur.

"Setiap tahun ada polisi dari Polda Jawa Timur yang inspeksi ke lokasi tambang, tapi kenapa dibiarkan," ujar Ony.

Untuk itu, dia berharap bidang Profesi dan Pengamanan Mabes Polri dan Kepolisian Daerah Jawa Timur menindak polisi yang menerima suap.

Pakar Geologi Universitas Brawijaya Malang, Adi Susilo, menjelaskan jika kualitas pasir dar Lumajang paling bagus. Sebagian besar berasal dari hasil erupsi Gunung Semeru yang mengalir langsung lewat sungai.

"Pasirnya punya karakter berbeda, tanpa campuran lumpur. Ini berbeda dengan pasir dari daerah lain," kata Adi.

Pasir Lumajang pun jadi pilihan utama proyek membangun gedung di Jawa Timur. Akibatnya, pasir Lumajang berharga mahal dan cepat terjual karena kebutuhan besar sementara pasokan pasir terbatas.

Adi meminta proses penambangan dilakukan secara terukur agar tak merusak lingkungan. Selain itu, juga harus memiliki analisis dampak lingkungan agar aman dan tak merusak lingkungan. Terutama untuk menambang pasir di pesisir Jawa.

Jika tidak memperhatikan aspek lingkungan, proyek pertambangan akan menjadi bencana bagi manusia. Di Desa Selok Awar-Awar, tambang pasir mengeruk bukit atau gumuk pasir yang menjadi benteng alami kawasan pemukiman penduduk dari ganasnya ombak pantai selatan saat pasang.

Namun, akibat habis ditambang air laut kini sering menggenangi sawah penduduk yang berada sekitar 500 meter dari laut.

Kisruh tambang di Lumajang sudah menelan korban jiwa. Seorang petani dan aktivis anti tambang Salim Kancil, dianiaya sekelompok bandit desa hingga tewas. Sedangkan rekannya, Tosan, mengalami luka berat. (ase)