Mengenang Kekejaman PKI di Monumen Kresek Madiun
Senin, 5 Oktober 2015 - 07:11 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Dodi Handoko
VIVA.co.id
- Monumen Kresek adalah monumen bersejarah yang merupakan peninggalan dan sebagai saksi atas peristiwa pemberontakan PKI di Madiun 1948.
Lokasi peninggalan sejarah dengan luas dua hektare ini, berada delapan kilometer (km) ke arah timur dari kota Madiun. Tepatnya, di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Monumen ini dibangun sekitar tahun 1987 dan selesai pada tahun 1991. Monumen ini diresmkan oleh Bupati Madiun yang bernama Soelarso.
Adapun, tujuan didirikannya monumen ini adalah sebagai penghormatan terhadap para korban kekejaman PKI sejarah tentang keganasan PKI yang terjadi di Madiun pada tahun 1948.
Peristiwa dipimpin oleh Musso dan telah menewaskan ribuan orang tak berdosa. Di Desa Kresek tersebut banyak prajurit TNI dan pamong desa yang gugur dalam pertempuran melawan PKI maupun karena dibantai PKI.
Sampai di kawasan Monumen Kresek terdapat sepasang gapura. Di dekat salah satu gapura itu terdapat sebuah tugu lengkap dengan nama-nama korban pembantaian yang dilakukan oleh PKI, korban itu berjumlah 17 orang.
Kemudian di depan tugu tersebut terdapat ornamen patung yang memperlihatkan gambaran para korban yang menjadi kesadisan PKI.
Pembuatan patung yang memperlihatkan korban keganasan PKI ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada pengunjung tentang bagaimana kejamnya PKI yang telah membantai 17 orang dengan sangat kejam.
“Tempat ini merupakan tempat yang dijadikan untuk membantai para korban. Tempat ini dahulunya merupakan rumah dari seorang warga. Tempat ini sengaja dipilih oleh PKI untuk menyembunyikan para korban, karena ditempat ini aman untuk dijadikan persembunyian,” ujar Sumari, juru kunci monumen.
Rumah tempat pembantaian itu kini tidak terlihat lagi. Karena pada waktu terjadi agresi belanda rumah tersebut dihancurkan dengan cara dibakar. Agar rumah ini tidak lagi digunakan oleh PKI sebagai sarang.
Salah satu korban PKI dari pihak TNI yang memiliki pangkat tertinggi adalah Kolonel Marhadi. Namanya kemudian diabadikan sebagai nama salah satu jalan yang ada di kota Madiun.
Baca Juga :
Patungnya juga dibuat di alun-alun kota Madiun sebagai tanda penghormatan akan jasa-jasanya.
Patung besar yang terdapat di puncak bukit. Patung ini menggambarkan seorang gembong PKI mengayunkan pedangnya ke seorang lelaki tua yang nampak pasrah.
Menurut Sumari lelaki yang akan dipancung itu adalah seorang kyai Husein yang berasal dari kota Madiun.
Adegan yang ditampilkan dalam monumen tersebut terkait dengan peristiwa pembunuhan terhadap para pemimpin pondok pesantren oleh kelompok PKI.
Anggota PKI menganggap bahwa golongan kyai tidak mau mendukung ideologi komunis yang diusung oleh partai tersebut.