Beras Mahal, Warga Terpaksa Makan Umbi Beracun

Ilustrasi bahan pangan beracun
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mongabay

VIVA.co.id - Sejak sebulan ini warga di Kelurahan Sulewetang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, hidup dalam kondisi memprihatinkan.

Bagaimana tidak, sejak melonjaknya harga beras akibat gagal panen di sejumlah wilayah, warga kini terpaksa mengonsumsi umbi beracun atau lazim disebut Sikapa atau Undo oleh warga setempat.

"Beras semakin mahal. Kami sudah tidak mampu lagi membeli. Karena itu kami pakai Sikapa beracun di hutan untuk makan sehari-hari," kata Nurdin, warga Dusun Tirondo Sulewetang, Kamis 1 Oktober 2015.

Baca Juga:



Umbi Sikapa menurut warga banyak terdapat di Perbukitan Tirondo. Setiap harinya warga harus menempuh perjalanan kaki hingga tiga kilometer untuk mendapatkan umbi hutan ini.

Umumnya Sikapa tertanam di dalam tanah dengan melingkar di batang pohon lain. Umbinya dikenal sangat beracun. Karena itu, butuh pengolahan khusus untuk mengonsumsinya.

"Umbinya bisa mematikan kalau salah olah. Jadi sebelum dimakan, harus dicuci dulu, lalu diparut dan baru direndam di sungai selama dua hari," ujar Nurdin.

Merendam parutan Sikapa di sungai, menurut Nurdin, untuk menetralisir racun yang ada di dalam tubuh Sikapa. Namun, apakah ini kemudian bisa langsung dikonsumsi?

Ternyata belum. Usai direndam, Sikapa harus direbus selama empat jam dalam air mendidih.

"Baru selanjutnya dijemur hingga kering. Kalau sudah kering baru bisa diolah menjadi gorengan atau dicampur dengan beras sebelum dimasak," kata Nurdin.

Ia tak menampik ancaman keracunan dari Sikapa. Namun, bagi Nurdin dan keluarga serta puluhan warga Dusun Tirondo, Sikapa sudah menjadi alternatif pangan paling memungkinkan untuk mengatasi kebutuhan beras.

"Khawatir ada. Tapi, kami sudah cukup biasa mengolah umbi beracun seperti ini. Daripada tidak makan, Sikapa mau tak mau jadi pilihan," kata Nurdin. (one)


Rasman Abdul Rahman/Sulawesi Barat