Sebelum Dibunuh, Salim Disiksa di Balai Desa

Bekas jenazah Salim Kancil
Sumber :

VIVA.co.id - Aksi sadis dilakukan oleh segerombolan pelaku pembantaian aktivis penolak tambang pasir ilegal di Pesisir Pantai Watu Pecak Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang, Salim alias Kancil pada Sabtu 26 September 2015.

Mereka menyeret tubuh pria berusia 52 tahun itu sepanjang 1 km hingga tiba di Balai Desa setempat. Di tempat berkantornya perangkat desa itu Salim disiksa hingga menemui ajalnya sebelum jasadnya dibuang di tengah ladang hutan jati.

Bupati Lumajang As’at Malik mengutuk kejadian tersebut. Menurut dia, penyiksaan yang dilakukan di balai desa telah menciderai perasaan para abdi negara. "Balai desa yang dianggap sebagai simbol hadirnya pemerintahan, kata dia malah digunakan sebagai tempat untuk menunjukkan kesewenang-wenangan dan melakukan pembunuhan terhadap warga negara dan penduduk setempat," kata As’at Malik, Selasa, 29 September 2015.

Pada Sabtu 26 September 2015, sekitar 30 orang pelaku pengeroyokan menjemput Salim di kediamannya. Pagi itu, dia sedang menggendong cucunya yang berusia 5 tahun. Pria berusia 52 tahun itu segera meletakkan cucunya sebelum menerima siksaan dari pelaku.

Salim diikat kedua tangannya dan dipukuli dengan kayu dan batu. Pelaku yang beringas kemudian menyeret Salim ke Balai Desa. Jarak kediaman Salim dengan Balai desa terpaut sekitar 1 km. Sekitar pukul 08.00, setelah tiba di Balai Desa, Salim kemudian mengalami berbagai penyiksaan. Pria yang dikabarkan memiliki ilmu kebal itu dipukuli, digergaji lehernya, dan dialiri arus listrik.

Penyiksaan yang berlangsung selama 30 menit itu menimbulkan suara gaduh kesakitan dari Salim. Hingga kelas PAUD di sebelah Balai desa terpaksa dipulangkan lebih awal.

Kemudian gerombolan pembunuh itu menyeret Salim ke luar Balai Desa menuju tempat disekitar Makam Desa. Di jalan di tengah ladang hutan jati itu korban diminta berdiri dengan tangan terikat dan diangkat ke atas. Kemudian massa membacok perut selama tiga kali namun tidak menimbulkan luka sama sekali.

Setelah itu bagian kepala korban dipukul dengan batu sehingga mengakibatkan korban meninggal dalam posisi tertelungkup dengan tangan terikat dengan tambang. "Tubuh dan kepala korban penuh luka benda tumpul, saya ikut mengangkat jenazah Pak Salim, dia posisinya tertelungkup seperti orang sujud dengan tangan terikat,” kata Ribut, salah seorang warga.

Lokasi dibuangnya jasad korban kini masih menyisakan bekas. Tanah basah bekas darah masih terlihat berwarna lebih gelap dibanding bagian tanah lainnya. Di atasnya tampak taburan bunga segar yang diberikan warga setempat untuk penghormatan sekaligus mengurangi bau anyir bekas darah tragedi Sabtu 26 September 2015.

(mus)