Upaya Pemerintah Tangani Korban Tragedi Mina

Jamaah haji dapat perawatan saat tragedi di Mina
Sumber :
  • REUTERS/Directorate of the Saudi Civil Defense/Handout via Reuters
VIVA.co.id
- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, mengatakan pihaknya telah melakukan upaya yang optimal dalam penanganan korban pada peristiwa Mina yang terjadi pada Kamis lalu, 24 September 2015.


Dalam siaran persnya, seperti dikutip laman Kementerian Agama, Selasa 29 September 2015, Lukman menjelaskan bahwa sejak hari pertama terjadinya peristiwa,  Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bergerak cepat dalam melakukan upaya strategis penanganan masalah.


Sebab, mereka membentuk layanan hotline (+966 543603154) sebagai sarana komunikasi bagi masyarakat yang ingin mengetahui keberadaan keluarganya di Tanah Suci.


Selanjutnya, kata Lukman, PPIH menyusun tim investigasi korban. Tim ini bertugas melacak dan menelusuri keberadaan jemaah haji Indonesia di maktab, atau pemondokan, jemaah yang sakit di rumah sakit, serta jemaah yang wafat di rumah sakit dan tempat Majma’ Thawari bil-Mu’aishim (tempat pemulasaraan jenazah).


Bahkan, tambahnya, dia turun lapangan untuk turut memastikan tim ini bekerja secara optimal. Lukman juga berhasil bernegosiasi dengan pihak Muaishim, sehingga tim PPIH memperoleh kemudahan akses dalam proses identifikasi jenazah.


Langkah ini diperkuat  tim komunikasi yang berhubungan dengan pihak terkait, terutama pemerintah Arab Saudi, muassasah, dan kepolisian.

"Tim komunikasi ini penting, guna mengupayakan dimudahkannya akses terhadap identifikasi jenazah pada kesempatan yang pertama. Maklum, Arab Saudi memiliki budaya dan sistem yang berbeda dengan Indonesia," kata Lukman.

Menurut Lukman, memang tidak mudah mengakses tempat pemulasaraan jenazah, karena pihak Saudi saat itu masih berkonsentrasi pada proses evakuasi. Akses bagi tim PPIH baru diperoleh pada Jumat 25 September 2015, pukul 23.00 waktu setempat.
 

"Itulah kali pertama tim kami bisa mendapatkan akses untuk bisa langsung mengidentifikasi sejumlah jasad jenazah korban. Sejak saat itulah, akses terbuka dan secara intensif kami bisa mendapatkan korban yang itu adalah jemaah Indonesia," tutur Menag.


Di Muaishim, tim PPIH melakukan identifikasi  jenazah melalui tiga tahap, yaitu mencocokkan foto yang dirilis oleh pihak Muashim dengan data Siskohat dan E-Hajj. Hingga malam ketiga, terdapat sekurangnya 1.107 foto yang dirilis.


Bila tidak ada kesesuain data, tim mengecek tanda-tanda identitas dan benda lain yang identik dengan jemaah haji Indonesia. Misalnya gelang identitas, gelang maktab, tas paspor, aksesoris, pakaian, dan sebagainya. "Jika dengan upaya ini masih ragu, tim PPIH Arab Saudi melakukan langkah ketiga dengan langsung melakukan cek fisik jenazah," tambahnya.


Dari serangkaian proses itu, tim PPIH  berhasil mengidentifikasi 45 jenazah dengan rincian 41 jenazah jemaah haji Indonesia dan empat jenazah mukimin, atau Warga Negara  Indonesia (WNI) yang bermukim di Arab Saudi.


Lukman menegaskan, Pemerintah Indonesia sementara ini fokus pada upaya  pencarian jemaah yang belum kembali ke maktabnya dan melanjutkan identifikasi jenazah.


"Setelah ini, barulah kita akan melakukan evaluasi, sehingga peristiwa ini bisa menjadi pelajaran yang sangat berarti dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji ke depan," kata dia. (asp)