Staf Presiden Sebut Pembebasan Dua WNI Berkat Peran Adat
Jumat, 18 September 2015 - 11:49 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Moh Nadlir
VIVA.co.id - Staf khusus Presiden RI
,
Lenis Kogoya, menyebut pembebasan dua warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok bersenjata di Papua Nugini, berlangsung tanpa kontak senjata.
Dia mengatakan, pembebasan itu bisa dilakukan dengan damai, karena peran adat yang di Papua maupun adat di Papua Nugini.
"Kami sudah antar kepala suku, sudah komunikasi baik di sana dengan Kapolda, Panglima, antara pemerintah juga komunikasi baik antara militer di Papua Nugini, akhirnya sudah nyambung. Pendekatan sudah adat yang jalankan akhirnya (dibebaskan)," jelas Lenis di Istana Negara Jakarta, Jumat 18 September 2015.
Lenis, yang juga Ketua Lembaga Masyarakat Adat Provinsi Papua, mengaku sudah meminta salah satu kepala suku untuk menjemput sandera ini. "Kepala suku di sana sudah diterima, sudah dikembalikan," katanya. Sehingga, sore nanti sekitar pukul 16.00 waktu Papua, kedua sandera ini diperkirakan sudah tiba di Jayapura.
Upaya pembebasan yang dilakukan oleh pihak Papua Nugini, menurut Lenis dilakukan tanpa ada kontak senjata. "Enggak (kontak senjata), sukarela, adat yang turun," ujar Lenis
Lenis menjelaskan, persoalan kenapa dua WNI itu ditahan, adalah terkait dengan tapal batas. Dia mengaku, keduanya melakukan aktivitas penebangan pohon di wilayah Papua Nugini.
"Itu memang ada batas, tapal batasnya. Sebenarnya kalau ada batasnya tidak boleh warga kita menebang pohon di sana. Ini harus kesadaran masyarakat harus disadari di daerah perbatasan itu. Karena di sana itukan Papua Nugini, kenapa menebang pohon di sana," jelas dia.
Lenis juga membantah, penculik kedua WNI itu adalah dari kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM). Tapi dia tidak menampik, memang banyak kelompok bersenjata tertentu di sekitar perbatasan.
"Memang di perbatasan mereka kelompok bersenjata ada, memang ada, di daerah-daerah ada. Tapi kita komunikasi adat antara masyarakat di luar dan dalam, terus antara kepala suku dengan kepala suku di Papua Nugini, itu sudah biasa komunikasi dengan baik, maka di situlah jalin komunikasi dengan baik akhirnya bisa selamat," papar Lenis. (ren)
Baca Juga :
"Kami sudah antar kepala suku, sudah komunikasi baik di sana dengan Kapolda, Panglima, antara pemerintah juga komunikasi baik antara militer di Papua Nugini, akhirnya sudah nyambung. Pendekatan sudah adat yang jalankan akhirnya (dibebaskan)," jelas Lenis di Istana Negara Jakarta, Jumat 18 September 2015.
Lenis, yang juga Ketua Lembaga Masyarakat Adat Provinsi Papua, mengaku sudah meminta salah satu kepala suku untuk menjemput sandera ini. "Kepala suku di sana sudah diterima, sudah dikembalikan," katanya. Sehingga, sore nanti sekitar pukul 16.00 waktu Papua, kedua sandera ini diperkirakan sudah tiba di Jayapura.
Upaya pembebasan yang dilakukan oleh pihak Papua Nugini, menurut Lenis dilakukan tanpa ada kontak senjata. "Enggak (kontak senjata), sukarela, adat yang turun," ujar Lenis
Lenis menjelaskan, persoalan kenapa dua WNI itu ditahan, adalah terkait dengan tapal batas. Dia mengaku, keduanya melakukan aktivitas penebangan pohon di wilayah Papua Nugini.
"Itu memang ada batas, tapal batasnya. Sebenarnya kalau ada batasnya tidak boleh warga kita menebang pohon di sana. Ini harus kesadaran masyarakat harus disadari di daerah perbatasan itu. Karena di sana itukan Papua Nugini, kenapa menebang pohon di sana," jelas dia.
Lenis juga membantah, penculik kedua WNI itu adalah dari kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM). Tapi dia tidak menampik, memang banyak kelompok bersenjata tertentu di sekitar perbatasan.
"Memang di perbatasan mereka kelompok bersenjata ada, memang ada, di daerah-daerah ada. Tapi kita komunikasi adat antara masyarakat di luar dan dalam, terus antara kepala suku dengan kepala suku di Papua Nugini, itu sudah biasa komunikasi dengan baik, maka di situlah jalin komunikasi dengan baik akhirnya bisa selamat," papar Lenis. (ren)