Kasus Flu Burung pada Manusia Semakin Menurun
Jumat, 11 September 2015 - 15:08 WIB
Sumber :
- Dok. Kementerian Kesehatan AS
VIVA.co.id - Kementerian Pertanian menyebut penularan virus H5N1 atau flu burung pada manusia semakin menurun dari tahun ke tahun. Di tahun 2015 ini, tercatat hanya dua kasus flu burung pada manusia.
Koordinator Unit Respon Cepat (URC) Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) Kementerian Pertanian, Muhammad Azhar, mengatakan sejak pertama kali terjangkit di Indonesia pada 2006 lalu, jumlah penularan pada manusia terus menurun signifikan dari tahun ke tahun.
"Dari pertama kali itu 2006 ada 55 kasus, jumlahnya semakin menurun tahun 2012 turun 9 kasus, 2013 ada 3 kasus, dan 2014 hanya dua kasus," kata Azhar di Jakarta, Jumat, 11 September 2015.
Menurut Azhar, penurunan kasus tersebut tidak lepas dari peranan Direktorat Kesehatan Hewan Kementan yang bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases Operations (ECTAD) atau badan pertanian PBB.
Selain bantuan teknis, FAO juga menghadirkan pakar labolatoris yang kemudian melatih pegutas labolarorium Indonesia. Dengan transfer ilmu tersebut, Indonesia disebut telah menguasai skill untuk mendeteksi apabila suatu virus telah bermutasi atau virus baru yang mungkin ditemukan di lapangan.
"Kita sudah buktikan pada tahun 2012 akhir ada flu bebek adalah virus baru. Ini sangat penting untuk kebijakatan penetapan vaksin yang tepat," kata dia.
Selain itu, Azhar mengatakan petugas laboratorium Indonesia juga telah mampu membuat vaksin lokal, yang lebih sesuai dengan virus yang berkembang di Indonesia. Sebab, selama peternakan unggas di Indonesia rentan terkena kasus penyakit-penyakit hewan.
"Ini kemajuan terbesar karena kita mampu menciptakan vaksin lokal yang sesuai," tambahnya.
Dari hasil penelitian, ditemukaan sumber penularan virus H5N1 atau flu burung pada manusia terkaji karena kontak langsung atau tidak langsung dari unggas sakit mati mendadak di pekarangan. Serta kontak tidak langsung dari pasar tradisional yang terkontaminasi virus H5N1.
Baca Juga :
Koordinator Unit Respon Cepat (URC) Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) Kementerian Pertanian, Muhammad Azhar, mengatakan sejak pertama kali terjangkit di Indonesia pada 2006 lalu, jumlah penularan pada manusia terus menurun signifikan dari tahun ke tahun.
"Dari pertama kali itu 2006 ada 55 kasus, jumlahnya semakin menurun tahun 2012 turun 9 kasus, 2013 ada 3 kasus, dan 2014 hanya dua kasus," kata Azhar di Jakarta, Jumat, 11 September 2015.
Menurut Azhar, penurunan kasus tersebut tidak lepas dari peranan Direktorat Kesehatan Hewan Kementan yang bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases Operations (ECTAD) atau badan pertanian PBB.
Selain bantuan teknis, FAO juga menghadirkan pakar labolatoris yang kemudian melatih pegutas labolarorium Indonesia. Dengan transfer ilmu tersebut, Indonesia disebut telah menguasai skill untuk mendeteksi apabila suatu virus telah bermutasi atau virus baru yang mungkin ditemukan di lapangan.
"Kita sudah buktikan pada tahun 2012 akhir ada flu bebek adalah virus baru. Ini sangat penting untuk kebijakatan penetapan vaksin yang tepat," kata dia.
Selain itu, Azhar mengatakan petugas laboratorium Indonesia juga telah mampu membuat vaksin lokal, yang lebih sesuai dengan virus yang berkembang di Indonesia. Sebab, selama peternakan unggas di Indonesia rentan terkena kasus penyakit-penyakit hewan.
"Ini kemajuan terbesar karena kita mampu menciptakan vaksin lokal yang sesuai," tambahnya.
Dari hasil penelitian, ditemukaan sumber penularan virus H5N1 atau flu burung pada manusia terkaji karena kontak langsung atau tidak langsung dari unggas sakit mati mendadak di pekarangan. Serta kontak tidak langsung dari pasar tradisional yang terkontaminasi virus H5N1.