Sebagian Besar Warga Desa Ini BAB di Sungai
- ANTARA FOTO
VIVA.co.id - Desa Karangtengah, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta letaknya tak jauh dari pusat kota Bantul dan juga tidak tergolong masuk daerah terpencil.
Namun, pola hidup bersih dan sehat (PHBS) warga di desa yang sebagian besar bekerja sebagai petani dan buruh ini masih sangat memprihatinkan. Sebagian besar warga Desa Karangtengah ini juga punya kebiasaan buang air besar (BAB) di sungai.
"BAB di sungai itu silir (sejuk) dan langsung lenyap kotorannya ikut arus sungai," kata Staf Pemerintahan Kecamatan Imogiri, Supriyono, Rabu, 19 Agustus 2015.
Fenomena itu terjadi bukan karena warga tak mampu membuat MCK di rumahnya masing-masing. Namun, tradisi warga BAB di sungai sudah mengakar, sehingga membuat warga enggan membuat MCK.
"Kebiasaan BAB di sungai sudah berlangsung puluhan tahun. Apalagi warga yang rumahnya dekat sungai pasti memilih BAB di sungai," ujarnya menambahkan.
Sebagian besar warga Desa Karangtengah ini membuang hajat besarnya di Sungai Celeng, anakan Sungai Oyo selama puluhan tahun. Warga sama sekali tidak memperhatikan dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat sering BAB di sungai. Meski dikategorikan memprihatinkan, praktik BAB di Sungai Celeng ini jauh menurun dibanding dua tahun lalu.
"Ya memang sekarang sudah menurun kebiasaan itu namun tetap masih banyak yang BAB di sungai," tuturnya.
Penyuluhan
Supriyono menyatakan, pada 2013, Kecamatan Imogiri mencanangkan program bersih-bersih Sungai Celeng. Program ini di antaranya meliputi kampanye anti BAB dan buang sampah di sungai.
Selama dua tahun itu pula beragam sosialisasi dan penyuluhan program yang bermuara pada PHBS digalakkan secara kontinyu. "Salah satu caranya dengan menggandeng perguruan tinggi," ujarnya.
Dyah Suryani, Tim Pengusul Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengungkapkan hal senada.
Menurut dia, salah satu tujuan KKN-PPM yang melibatkan 27 mahasiswa ikut meningkatkan kesadaran PHBS di Kelurahan Karangtengah.
Berdasar pendataan tim penyuluh, kesadaran PHBS di tiga pedukuhan di Kelurahan Karangtengah yang menjadi fokus KKN-PPM memang memprihatinkan. Di Pedukuhan Karangtengah, misalnya, dari 162 KK terdapat 32 KK yang belum memiliki MCK.
"Di Mojolegi lebih parah lagi. Hampir 70 persen BAB di sungai. Kemudian di Pucunggrowong ada sebagian," ujarnya menambahkan.
Sehingga tak mengherankan bila program-program kegiatan yang dicanangkan 'berbau' kesehatan lingkungan. "Kita ingin membuat sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)," ujar Dyah.
(mus)