Ketika Para Pemain Musik dan Penari Bali Kesurupan

Penari Bali
Sumber :
  • VIVA.co.id / Dody Handoko

VIVA.co.id - Dalam sebuah festival seni Bali, serangan gaib untuk mencelakai seniman sudah lumrah terjadi di atas panggung. Tak heran, para penari, penabuh gambelan, sinden, dan dalang menjadi korbannya, bungkam seribu bahasa.
 
Suara tiba-tiba hilang, kerongkongan terasa seret, dan lidah terasa kaku untuk berucap, kerap dialami para sinden dan dalang yang berlaga di acara bertajuk festival, seperti halnya dialami seorang dalang Gede Anom Ranuara.
 
Saat berlaga di festival gong kebyar di Pesta Kesenian Bali, kerongkongannya tiba-tiba seret, lidahnya terasa kelu dan suaranya menghilang. Ia sadar bahwa hal ini merupakan pekerjaan para dukun sebagai pendukung tim lawan. Dengan meminta bantuan penasihat spiritual tim pendukung grupnya, kejadian itu bisa diatasi.
 
“Untung segera diatasi pulih kembali,” kata Gede.
 
Tak hanya itu, penari grup kesenian Gianyar juga mengalami nasib serupa. Saat bangun dari posisi duduk di atas panggung, ia kehilangan keseimbangan. Sang penari terhuyung-huyung lalu terjatuh. sehingga menjadi bahan tertawaan penonton.

Tentu saja, hal ini memengaruhi kekompokan gerakan grup penari tersebut, sehingga mengurangi nilai yang diberikan para juri.
 
Kejadian seperti ini bukan rahasia lagi dalam sebuah perhelatan festival seni, sehingga tim-tim yang berlaga membentengi dirinya dengan kekuatan gaib. Tidak hanya dengan memohon perlindungan di tempat-tempat angker, tetapi juga memboyong para dukun, balian, dan pemangku untuk menjaga tim tersebut.

Kejadian ini tidak hanya terjadi dalam event seni Bali, diduga juga dilakukan festival di tingkat nasional. Beberapa tahun silam, saat digelar festival lawak di Jakarta, pelawak Bali mengalami nasib apes.

Salah seorang pelawak Bali masuk nominasi, namun sayang, ketika berhadapan dengan pelawak Jakarta di final, pelawak Bali itu mendadak sakit perut dan tidak bisa tampil.
 
Sebelum berlaga, ia mengaku sempat bersalaman dengan pelawak. “Saat itu, saya memang teledor. Saya tidak membentengi diri dengan kekuatan gaib, karena saya pikir hal itu mustahil terjadi di kota besar yang mengusung perdaban modern. Ternyata, saya kecolongan,” katanya.
 
Ilmu pemungkem bisa digunakan untuk tujuan tersebut. Istilah pemungkem berasal dari kata bungkem, yang berarti bungkam, atau membungkam agar tidak bergerak, berbuat, berbicara dan berpikir.

Ilmu pemungkem sebenarnya termasuk ilmu pengasih. Namun, setelah dipadukan dengan kekuatan tertentu, bisa digunakan untuk mencelakai orang.
 
“Semula, ilmu ini digunakan untuk membungkam binatang seperti membungkam tawon, anjing, ular, dan binatang buas lainnya agar tidak menyerang, atau menyakiti. Setelah mengalami proses pengolahan, ilmu ini bisa digunakan untuk membungkam manusia, seperti membungkam suara agar tidak bisa berbicara.”ujar budayawan Bali, I.N.Suwarna. (asp)