1,4 Miliar Pembalut per Bulan Dipakai Wanita Indonesia
VIVA.co.id - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) memastikan tidak memiliki motif lain dibalik pengumuman hasil penelitian mereka terkait dengan produk pembalut wanita.
Ketua Harian YLKI, Tulus Abadi, pengujian produk sudah secara rutin dilakukan. Dari mulai produk makanan sampai dengan pembalut wanita yang belakangan ini membuat heboh masyarakat.
"Kita secara rutin melakukan pengujian. Mulai dari sikat gigi, pewangi pakaian sampai kondom," kata Tulus Abadi, Kamis 9 Juli 2015.
Menurut Tulus, pengujian tentu untuk mencari tahu apakah barang atau makanan yang beredar di masyarakat aman atau tidak. Dari hasil penelitian yang baru-baru ini dilakukan, YLKI menemukan fakta bahwa hampir seluruh pembalut dan pantyliner yang ada di pasaran mengandung zat kimia berbahaya.
Zat kimia tersebut adalah klorin yang berisiko tinggi terhadap reproduksi kesehatan wanita, termasuk keputihan, gatal-gatal, iritasi, dan menyebabkan kanker.
Berdasarkan hitung-hitungan, pembalut nyaris menjadi kebutuhan pokok bagi perempuan. Terbukti, dari sekitar 118 juta perempuan di Indonesia, yang 67 juta lebih adalah wanita subur yang masih menstruasi dan penggguna pembalut, maka diperkirakan tak kurang dari 1,4 miliar pembalut per bulan, yang digunakan oleh perempuan Indonesia.
"Setidaknya ada ambang batas maksimum. Misalnya, FDA (Amerika Serikat) merekomendasikan bahwa batas maksimum klorin pada pembalut adalah 0,1 ppm" kata Tulus.
Dari sembilan sampel pembalut dan tujuh sampel pantyliner yang diuji YLKI, semuanya positif mengandung kadar klorin. Baik produk lokal maupun impor. Bahkan di antaranya terdapat merek-merek terkenal, seperti Charm, Kotex, Softex, Laurier, dan VClass.