Perilaku Pengendara Jadi Penyebab Utama Kecelakaan Tol
Selasa, 7 Juli 2015 - 12:10 WIB
Sumber :
- Antara/Prasetyo Utomo
VIVA.co.id
- Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, Hediyanto W Husaini, menyampaikan duka cita mendalam atas insiden kecelakaan maut di tol Cipali, Senin petang, 6 Juli 2015. Kecelakaan tersebut menewaskan tujuh orang dan empat orang lainnya dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Hediyanto mengatakan, sebagian besar kecelakaan yang terjadi di jalan tol disebabkan perilaku pengendara. Maka dari itu, Kementerian PU akan terus melakukan upaya preventif dengan pengawasan dan peringatan di ruas tol Cipali.
"Tindakan preventif sudah pasti, patroli akan kami perbanyak dan berikan peringatan, seperti kalau
ngantuk
itu di setiap 30 km ada
rest area
," kata Hediyanto dalam perbincangan dengan
tvOne
, Selasa, 7 Juli 2015.
Menurut dia, tol Cipali menyediakan sejumlah
rest area
berukuran besar dan sedang yang disiapkan bagi pengguna jalan tol di setiap 30 km. Di antaranya terdapat di KM 86, KM 103, KM 137, dan KM 164, terdapat dari arah Jakarta dan Semarang.
Hedi mengklaim, sosialisasi rambu-rambu dan fasilitas di dalam Tol Cipali sudah berjalan baik dan diketahui masyarakat. Apalagi, tol tersebut nantinya menjadi salah satu pilihan rute perjalanan pemudik pada musim mudik Lebaran sepekan mendatang.
"Masyarakat sudah mengetahui, sosialisasinya sudah merata," ujar dia.
Hedi menambahkan, kecelakaan di Tol Cipali ini bukan disebabkan kurang fasilitas, tetapi karena memang perilaku pengendara. Kendati begitu, dia tak menampik ada faktor lain yang juga bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan.
"Semuanya ada, bisa karena
speed
-nya (tertarik untuk memacu laju kendaraan), ban pecah, mengantuk karena kecepatan tinggi, bisa juga mobil tidak baik," imbuhnya.
Senada dengan Hediyanto, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, menyatakan, kecelakaan di tol mayoritas disebabkan kesalahan manusia. Bahkan, dari 31 ribu kecelakaan yang terjadi di Indonesia, sebagian besarnya karena perilaku pengendara.
"Tol kan jalan khusus, selain dilakukan rekayasa teknis, rekayasa sosiologis juga perlu dilakukan," kata Tulus.
Rekayasa teknis dan sosiologis, lanjut dia, perlu dilakukan untuk meminimalisasi kecelakaan di jalan tol. Seperti memasang rambu-rambu khusus di tempat yang memang rawan, titik kejut, dan pengawasan di setiap ruasnya.
Baca Juga :
"Tol Cipali tidak terlalu panjang, di Mekah-Madinah itu ada jalan tol panjangnya 500 km, tapi tidak terjadi kecelakaan," ungkapnya.
Baca Juga :