Memaknai Ramalan Jayabaya: Jawa akan Tenggelam
Minggu, 5 Juli 2015 - 05:19 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Dody Handoko
VIVA.co.id
- Ramalan Jayabaya menjadi pondasi yang sangat kuat untuk memahami hukum alam. Ramalan yang ditulis Jayabaya secara samar-samar menyebutkan jika Pulau Jawa akan tenggelam atau tinggal separuh. Hal itu mungkin saja, mengingat bumi ini berevolusi dan berubah.
Dulu, jutaan tahun yang lalu, benua-benua bentuknya diketahui tidak seperti sekarang ini. Sebab, setiap juta atau ribuan tahun terjadi perubahan.
Meski belum akan terjadi sesuai dengan apa yang diramalkan jika Pulau Jawa akan putus disebutkan pula adanya potensi pulau-pulau baru yang bermunculan.
Yang lebih penting memahami perubahan-perubahan alam itu sendiri hanya ritmenya, semua pasti ada tanda-tanda. Sekarang mungkin akan mendekati seperti itu. Tanda-tandanya mulai kelihatan dari perubahan cuaca yang ekstrem.
Dulu, hujan tidak sedahsyat sekarang ini. Angin dan gelombang juga tidak sehebat sekarang. Musim kemarau juga akan mengalami panas yang dahsyat sampai kekurangan air. Mungkin tahun depan akan muncul kekeringan yang sangat luar biasa.
Baca Juga :
Namun demikian, perubahan yang luar biasa tidak akan terjadi sekarang, mungkin beberapa puluh tahun ke depan. Kejadian sekarang setidaknya pengulangan beberapa windu yang lalu. Misalnya banjir besar.
Menurut Budayawan Jawa, Ir. Tukimin Wisanggeni, hal ini merupakan gejala awal, jika dilihat dari atmosfer dan gejala alam yang berubah drastis.
“Contohnya daerah Ngawi tidak pernah mengalami banjir yang dahsyat. Tapi nyatanya mula dari Ponorogo, Cepu, Blora sampai Solo pernah banjir besar. Itu menunjukkan ada peningkatan hujan. Ada air yang diangkat ke atas lebih besar, mungkin oleh panas global. Itu juga selaras dengan perubahan frekuensi alam,” ujarnya.
Perubahan juga terjadi pada genetika manusia. Misalnya kecerdasan akan berubah lebih hebat. Anak-anak yang lahir tahun ini akan berbeda dengan anak yang lahir 10-20 tahun yang lalu. Itu menunjukkan banyak hal yang akan berubah lebih hebat. Kejadian-kejadian perubahan alam itu oleh manusia dianggap bencana, tapi untuk alam bukan bencana, tapi akan ada perubahan kondisi dan sistem.
Jayabaya cerdas melihat ini. Dia meneliti setelah sekian tahun apa saja yang terjadi dan itu telah menjadi siklus yang alami. Bahasanya dibuat universal, supaya orang lain bisa menangkap dan menafsirkannya.
Ramalan ini sama misalnya akan muncul musim semi, musim rontok atau musim dingin. Itu bukan ramalan lagi, tapi perubahannya pertahun. Tentu saja ramalan Jayabaya bisa terjadi dalam kurun waktu seperti 10 tahun, ratusan tahun, atau ribuan tahun.
“Secara makro ramalan Jayabaya menurut saya ada suatu ritme siklus yang setiap tahun ada kejadian secara makro sama. Apakah itu kejadian alam, sikap perilaku hampir ada amplitudo yang selalu sama. Dari kecerdasan Jayabaya, seolah ramalan dia itu menunjukkan ada kejadian yang sama dalam kurun waktu tertentu,” katanya.
Kejadian itu dikatakannya dari yang paling detil sampai ekstrem, misalkan perempat tahun, per duapuluh tahun, hingga per seratus sekian tahun.
Ramalan-ramalan Jayabaya semacam itu banyak yang mendekati kebenaran karena dia termasuk orang yang mendapat pencerahan. Dia dapat disamakan dengan orang yang menemukan gravitasi, listrik atau mesin diesel.
Bisa disebut sejajar dengan Archimedes atau Isaac newton. Mereka adalah orang-orang pilihan Tuhan. Misalnya penemu listrik, dulu sekolahnya tidak ada dalam artian tidak belajar tapi dapat menemukan listrik yang dapat menghidupi miliaran orang sedunia sampai sekarang.