Wanita Jawa dalam Tulisan Petinggi Hindia Belanda

Wanita Jawa.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dody Handoko
VIVA.co.id -
Sejarah Pulau Jawa (The History of Java) adalah buku yang ditulis  Sir Thomas Stamford Raffles, diterbitkan pada tahun 1817. Buku History of Java telah menjadi salah satu sumber sejarah penting untuk mengetahui kehidupan beragama, budaya, aturan  masyarakat Jawa pada masa lalu.

 

Buku asli Raffles yang pernah menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda sebenarnya terdiri atas dua volume. Volume pertama merupakan uraian inti tentang Jawa secara lengkap. Volume kedua berisi informasi tambahan dan lampiran-lampiran.

 

Menurut catatan Raffles, orang Jawa ternyata suka mengenakan pakaian rapi, bersih, dan mewah. Bagi orang Jawa, berpakaian tidak bersih dan rapi dianggap sebagai suatu aib. Lebih-lebih dalam perhelatan atau dalam pergaulan dengan orang lain.

 

Disebutkan dalam buku tersebut bahwa wanita Jawa di masa lalu sudah umum memakai kain jenis sarung. Sarung tersebut tidak seperti kain pendek Skotlandia.

Sarung itu berupa sehelai kain bercorak dengan panjang 6-8 kaki dan lebarnya 3-4 kaki dijahit di kedua sisinya (disambungkan), dan bentuknya seperti karung tanpa alas yang dijahit.


Wanita Jawa juga menggunakan kain yang dililitkan hingga mata kaki. Pengikat kain dinamakan udat. Sedangkan, kain yang dililitkan mengelilingi tubuh menutupi dada sampai dekat lengan disebut kemban (kemben).


Mereka seringkali juga memakai gaun longgar sepanjang lutut yang biasanya berwarna biru dengan panjang berkancing di pergelangan tangan. Jaket pendek seperti laki-laki yang dipakai juga disebut kelambi (baju atau kebaya).


Wanita Jawa umumnya tidak mengenakan kain di kepala (iket atau udheng), melainkan menggulung rambutnya yang disebut dengan istilah gelung. Mereka juga biasa memakai sejenis logam (kuningan, tembaga, perak, emas), atau bahan dari tanduk kerbau untuk anting-anting.


Cara berpakaian wanita dari kalangan bangsawan maupun rakyat kebanyakan hamper tidak ada perbedaan. Hanya saja wanita dari kalangan bangsawan umumnya mengenakan pakaian dengan bahan yang lebih berkualitas dan indah. Serta perhiasan yang terbuat dari emas, perak, intan, berlian, dan lain-lain.


Umumnya wanita-wanita Jawa (bahkan juga kaum prianya) meminyaki rambutnya dengan minyak wangi. Raffles menyebut beberapa jenis minyak tersebut, di antaranya adalah minyak cendana, minyak kenanga, minyak gaharu, minyak gandapura, dan minyak jeruk. Minyak dalam bahasa jawa, lenga, oleh Raffles dituliskan lang’a.


"Selain itu, sering pula para wanita Jawa melumuri tubuh mereka dengan ramuan yang disebut boreh. Ada beberapa jenis boreh yakni boreh kuning (bedak kuning), boreh ireng (boreh hitam), boreh sari, dan boreh klembak," ujar budayawan Jawa, Masud Thoyib.