Menyibak Misteri Arca Prajnaparamita Nan Eksotis
Selasa, 23 Juni 2015 - 06:47 WIB
Sumber :
VIVA.co.id - Arca perwujudan Bodhisattwadewi (bodhisattwa wanita) Prajnaparamita yang paling terkenal adalah arca Prajnaparamita dari Jawa kuno. Arca ini diperkirakan berasal dari abad ke-13 masehi pada era kerajaan Singasari. Arca perempuan cantik ini ditemukan di reruntuhan Cungkup Putri dekat Candi Singasari, Malang, Jawa Timur.
Menurut kepercayaan setempat, arca ini adalah perwujudan Ken Dedes, ratu pertama Singhasari. Akan tetapi, terdapat pendapat lain yang mengaitkan arca ini sebagai perwujudan Gayatri istri Kertarajasa raja pertama Majapahit.
Arca Prajna Paramita pertama kali diketahui keberadaannya pada tahun 1818 atau 1819 oleh D. Monnereau, seorang aparat Hindia Belanda. Pada tahun 1820 Monnereau memberikan arca ini kepada C.G.C. Reinwardt, yang kemudian memboyongnya ke Belanda dan akhirnya arca ini menjadi koleksi Rijksmuseum voor Volkenkunde di kota Leiden.
Pada Januari 1978 Rijksmuseum Voor Volkenkunde (Museum Nasional untuk Etnologi) mengembalikan arca ini kepada Indonesia, dan ditempatkan di Museum Nasional Jakarta hingga kini. Kini arca tadi ditempatkan di lantai 2 Gedung Arca, Museum Nasional Jakarta.
"Arca Prajna Paramita yang di lantai 4 museum ini replika. Walau replika tidak boleh dipotret. Sedang yang asli disimpan di lantai 2 gedung lama, tidak dipamerkan,"kata petugas museum yang menjaga di lantai empat.
Teka-teki tentang perwujudan Prajna Paramita sempat merebak. Ada yang menganggap itu adalah sosok Ken Dedes. Namun, ada yang berpendapat adalah sosok Gayatri. Beberapa waktu yang lalu pernah ada diskusi tentang sosok ibu suri kerajaan Majapahit, Gayatri Rajapatni.
Diskusi ini menghadirkan sejarawan dan diplomat University of British Columbia, Kanada, Prof Paul Drake di kampus Universitas Negeri Malang (UM). Saat itu muncul tafsir terbaru, bahwa patung indah Prajna Paramita asal Singosari, Malang, sebenarnya bukan perwujudan Ken Dedes seperti selama ini dipahami.
Patung itu jika ditilik gaya artistiknya bisa dibuktikan berasal dari gaya era Majapahit (Majapahit style), dan diyakini sebagai perwujudan Gayatri Rajapatni.
Selanjutnya... Gayatri Sekaliber Cleopatra...
***
Gayatri Sekaliber Cleopatra
Paul Drake yang mengantarkan bukunya Gayatri Rajapatni, Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit (Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2012) yang disunting sejarawan Universitas Indonesia (UI)Manneke Budiman, bahkan mensejajarkan Gayatri sekaliber dengan Cleopatra, seorang perempuan kuat di Mesir yang bahkan membuat Caesar, Kaisar Romawi tunduk.
Gayatri seorang perempuan yang menjadi pemikir dan dalang sejumlah peristiwa, termasuk perekrutan Mahapatih Gajah Mada, bahkan patut diduga ada di balik pembunuhan raja sah Majapahit Jayanegara (1309-1322).
Patut diyakini Gayatri adalah tokoh di belakang layar di balik masa paling cemerlang dalam sejarah Nusantara, yakni Majapahit era Tribhuwana Tunggadewi dan Hayam Wuruk yang dibantu Gajah Mada.
Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajasa, putri bungsu dari empat orang anak perempuan Krtanagara, Raja Agung Singhasari. Gayatri selamat dari penyerangan besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Jayakatwang dari Kerajaan Kediri ke Singhasari pada 1292 yang menewaskan ayahanda dan ibundanya.
Kakak sulungnya Tribhuwana, istri dari Pangeran Wijaya kabur dari istana menyusul suaminya ke medan laga sedang dua kakaknya yang lain Mahadewi istri Pangeran Ardaraja putera Jayakatwang dan Jayendradewi dijadikan sandera dan dibawa ke Kediri.
Earl Drake melakukan riset sejarah Majapahit menurutnya secara sambil lalu selama sekitar 20 tahun, seraya menjalani tugasnya di Asia sebagai diplomat saat bertugas di Kuala Lumpur dan Jakarta, terutama saat menjadi Duta Besar Kanada di Indonesia.
Selanjutnya... Kecantikan Arca Prajnaparamita...
***
Kecantikan Arca Prajnaparamita
Setiap kali dibawa berpameran keliling dunia, termasuk di Paris dan Tokyo untuk pameran tema Asia, Prajna Paramita senantiasa menjadi pusat perhatian utama pengunjung pameran berkebangsaan barat. Perwujudan sikap samadhi pendeta perempuan itu demikian mempesona dengan wajah sendunya.
Arca Prajnaparamita ini adalah salah satu mahakarya terbaik seni klasik Hindu-Buddha Indonesia, khususnya seni patung Jawa kuno. Arca dewi kebijaksanaan transendental dengan raut wajah yang tenang memancarkan keteduhan, kedamaian, dan kebijaksanaan, dikontraskan dengan pakaiannya yang raya mengenakan Jatamakuta gelung rambut dan perhiasan ukiran yang luar biasa halus.
Dewi ini tengah dalam posisi teratai sempurna duduk bersila di atas Padmasana (tempat duduk teratai), dewi ini tengah bermeditasi dengan tangan melakukan Dharmachakra-mudra (mudra pemutaran roda dharma).
Lengan kirinya mengempit sebatang Utpala (bunga teratai biru) yang di atasnya terdapat keropak naskah Prajnaparamita-sutra dari daun lontar. Arca ini bersandar pada stella (sandaran arca) berukir, dan di belakang kepalanya terdapat halo atau aura lingkar cahaya yang melambangkan dewa-dewi.
Lalu siapa Ken Dedes? Tokoh Ken Dedes hanya terdapat dalam naskah Pararaton yang ditulis ratusan tahun sesudah zaman Tumapel dan Majapahit, sehingga kebenarannya cukup diragukan. Namanya sama sekali tidak terdapat dalam Nagarakretagama atau prasasti apa pun. Mungkin pengarang Pararaton ingin menciptakan sosok leluhur Majapahit yang istimewa, yaitu seorang wanita yang bersinar auratnya.
Keistimewaan merupakan syarat mutlak yang didambakan masyarakat Jawa dalam diri seorang pemimpin atau leluhurnya. Masyarakat Jawa percaya kalau raja adalah pilihan Tuhan. Ken Dedes sendiri merupakan leluhur raja-raja Majapahit versi Pararaton.
Maka, ia pun dikisahkan sejak awal sudah memiliki tanda-tanda sebagai wanita nareswari. Selain itu dikatakan pula kalau ia sebagai seorang penganut Buddha yang telah menguasai ilmu karma amamadang, atau cara untuk lepas dari samsara. (ren)
Baca Juga :
Menurut kepercayaan setempat, arca ini adalah perwujudan Ken Dedes, ratu pertama Singhasari. Akan tetapi, terdapat pendapat lain yang mengaitkan arca ini sebagai perwujudan Gayatri istri Kertarajasa raja pertama Majapahit.
Arca Prajna Paramita pertama kali diketahui keberadaannya pada tahun 1818 atau 1819 oleh D. Monnereau, seorang aparat Hindia Belanda. Pada tahun 1820 Monnereau memberikan arca ini kepada C.G.C. Reinwardt, yang kemudian memboyongnya ke Belanda dan akhirnya arca ini menjadi koleksi Rijksmuseum voor Volkenkunde di kota Leiden.
Pada Januari 1978 Rijksmuseum Voor Volkenkunde (Museum Nasional untuk Etnologi) mengembalikan arca ini kepada Indonesia, dan ditempatkan di Museum Nasional Jakarta hingga kini. Kini arca tadi ditempatkan di lantai 2 Gedung Arca, Museum Nasional Jakarta.
"Arca Prajna Paramita yang di lantai 4 museum ini replika. Walau replika tidak boleh dipotret. Sedang yang asli disimpan di lantai 2 gedung lama, tidak dipamerkan,"kata petugas museum yang menjaga di lantai empat.
Teka-teki tentang perwujudan Prajna Paramita sempat merebak. Ada yang menganggap itu adalah sosok Ken Dedes. Namun, ada yang berpendapat adalah sosok Gayatri. Beberapa waktu yang lalu pernah ada diskusi tentang sosok ibu suri kerajaan Majapahit, Gayatri Rajapatni.
Diskusi ini menghadirkan sejarawan dan diplomat University of British Columbia, Kanada, Prof Paul Drake di kampus Universitas Negeri Malang (UM). Saat itu muncul tafsir terbaru, bahwa patung indah Prajna Paramita asal Singosari, Malang, sebenarnya bukan perwujudan Ken Dedes seperti selama ini dipahami.
Patung itu jika ditilik gaya artistiknya bisa dibuktikan berasal dari gaya era Majapahit (Majapahit style), dan diyakini sebagai perwujudan Gayatri Rajapatni.
Selanjutnya... Gayatri Sekaliber Cleopatra...
***
Gayatri Sekaliber Cleopatra
Paul Drake yang mengantarkan bukunya Gayatri Rajapatni, Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit (Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2012) yang disunting sejarawan Universitas Indonesia (UI)Manneke Budiman, bahkan mensejajarkan Gayatri sekaliber dengan Cleopatra, seorang perempuan kuat di Mesir yang bahkan membuat Caesar, Kaisar Romawi tunduk.
Gayatri seorang perempuan yang menjadi pemikir dan dalang sejumlah peristiwa, termasuk perekrutan Mahapatih Gajah Mada, bahkan patut diduga ada di balik pembunuhan raja sah Majapahit Jayanegara (1309-1322).
Patut diyakini Gayatri adalah tokoh di belakang layar di balik masa paling cemerlang dalam sejarah Nusantara, yakni Majapahit era Tribhuwana Tunggadewi dan Hayam Wuruk yang dibantu Gajah Mada.
Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajasa, putri bungsu dari empat orang anak perempuan Krtanagara, Raja Agung Singhasari. Gayatri selamat dari penyerangan besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Jayakatwang dari Kerajaan Kediri ke Singhasari pada 1292 yang menewaskan ayahanda dan ibundanya.
Kakak sulungnya Tribhuwana, istri dari Pangeran Wijaya kabur dari istana menyusul suaminya ke medan laga sedang dua kakaknya yang lain Mahadewi istri Pangeran Ardaraja putera Jayakatwang dan Jayendradewi dijadikan sandera dan dibawa ke Kediri.
Earl Drake melakukan riset sejarah Majapahit menurutnya secara sambil lalu selama sekitar 20 tahun, seraya menjalani tugasnya di Asia sebagai diplomat saat bertugas di Kuala Lumpur dan Jakarta, terutama saat menjadi Duta Besar Kanada di Indonesia.
Selanjutnya... Kecantikan Arca Prajnaparamita...
***
Kecantikan Arca Prajnaparamita
Setiap kali dibawa berpameran keliling dunia, termasuk di Paris dan Tokyo untuk pameran tema Asia, Prajna Paramita senantiasa menjadi pusat perhatian utama pengunjung pameran berkebangsaan barat. Perwujudan sikap samadhi pendeta perempuan itu demikian mempesona dengan wajah sendunya.
Arca Prajnaparamita ini adalah salah satu mahakarya terbaik seni klasik Hindu-Buddha Indonesia, khususnya seni patung Jawa kuno. Arca dewi kebijaksanaan transendental dengan raut wajah yang tenang memancarkan keteduhan, kedamaian, dan kebijaksanaan, dikontraskan dengan pakaiannya yang raya mengenakan Jatamakuta gelung rambut dan perhiasan ukiran yang luar biasa halus.
Dewi ini tengah dalam posisi teratai sempurna duduk bersila di atas Padmasana (tempat duduk teratai), dewi ini tengah bermeditasi dengan tangan melakukan Dharmachakra-mudra (mudra pemutaran roda dharma).
Lengan kirinya mengempit sebatang Utpala (bunga teratai biru) yang di atasnya terdapat keropak naskah Prajnaparamita-sutra dari daun lontar. Arca ini bersandar pada stella (sandaran arca) berukir, dan di belakang kepalanya terdapat halo atau aura lingkar cahaya yang melambangkan dewa-dewi.
Lalu siapa Ken Dedes? Tokoh Ken Dedes hanya terdapat dalam naskah Pararaton yang ditulis ratusan tahun sesudah zaman Tumapel dan Majapahit, sehingga kebenarannya cukup diragukan. Namanya sama sekali tidak terdapat dalam Nagarakretagama atau prasasti apa pun. Mungkin pengarang Pararaton ingin menciptakan sosok leluhur Majapahit yang istimewa, yaitu seorang wanita yang bersinar auratnya.
Keistimewaan merupakan syarat mutlak yang didambakan masyarakat Jawa dalam diri seorang pemimpin atau leluhurnya. Masyarakat Jawa percaya kalau raja adalah pilihan Tuhan. Ken Dedes sendiri merupakan leluhur raja-raja Majapahit versi Pararaton.
Maka, ia pun dikisahkan sejak awal sudah memiliki tanda-tanda sebagai wanita nareswari. Selain itu dikatakan pula kalau ia sebagai seorang penganut Buddha yang telah menguasai ilmu karma amamadang, atau cara untuk lepas dari samsara. (ren)