Perjalanan Dramatis Mencari Fosil Nenek Moyang Tertua Dunia
Senin, 15 Juni 2015 - 06:00 WIB
Sumber :
VIVA.co.id
- Pada akhir abad 19, seorang dokter berkebangsaan Belanda bernama Eugene Dubois (1858-1940) merencanakan sebuah misi besar, yakni menyusuri jejak sejarah manusia sesuai dengan teori evolusi Dawrin yang ia anut.
Yang ia cari adalah kerangka alias fosil nenek moyang manusia. Lokasi pencariannya pun bukan di benua tempat kelahirannya.
Ia melakukan pencarian ke Benua Asia yang ia yakini memiliki peradaban manusia purba lebih tua dibandingkan di Eropa.
Perjalanan mencari jejak nenek moyang orang Asia itu pada akhirnya dibukukan dalam buku berjudul 'The Man Who Found The Missing Link' oleh seorang paleontologist asal Amerika, Pat Sifman.
Pencarian nenek moyang orang Asia dimulai pada tahun 1887 dan negeri pertama yang dinjaknya dalam misi itu adalah Pulau Jawa.
Di Pulau Jawa, ia bukan hanya menjalankan misi itu, tapi ia juga bekerja pada sebuah rumah sakit. Di waktu senggang ia tak segan-segan merogoh koceknya untuk menyewa 50 orang tahanan pribumi dan bersama-sama berjalan menyusuri tepi kiri dan kanan Bengawan Solo sambil meneliti lokasi potensial yang mungkin menyimpan tulang belulang manusia purba.
Perjuangan dokter muda yang bukan seorang arkeolog itu, membuahkan hasi hasil yang menggemparkan dunia.
Suatu hari di tahun 1890 di suatu lokasi di sekitar Bengawan Solo (daerah Sangiran), Eugene dan teman-temannya menemukan sepotong kerangka rahang atau geraham manusia purbakala.
Kemudian setahun berikutnya (1891) di kampung Trinil-Solo, mereka kembali menemukan batok kepala atau tengkorak manusia purbakala yang menyerupai seekorkera.
Setelah itu pada tahun 1892, kelompok Eugene menemukan tulang kaki manusia purba yang mirip kaki manusia modern. Dari bentuk tulang kaki itu, bisa disimpulkan pemilik tulang tersebut sudah bisa berjalan dengan kedua kakinya.
Setelah penemuan-penemuan itu Eugene mengambil kesimpulan, tengkorak atau batok kepala dan kaki itu adalah milik satu orang yang sama. Dan orang itu adalah nenek moyang dari manusia yang ada sekarang. Dengan kata lain, tulang belulang dari pertengahan mata rantai teori evolusi milik Darwin.
Selanjutnya... Manusia Kera yang Berdiri...
Manusia Kera yang Berdiri
Pada tahun 1894 Eugene Dubois membuat sebua makalah yang berisi laporan hasil penelitiannya. Ia menamakan fosil itu sebagai manusia kera yang berdiri atau manusia Jawa. Belakangan, dunia arkeolog menyebutnya dengan
Pithecanthropus Erectus.
Setelah penemuan itu dipublikasikan, timbul pertentangan yang hebat di kalangan para ilmuwan di masa itu. Teori manusia berasal dari daratan Eropa yang selama ini membuai para ilmuwan, seakan terbantah oleh penemuan yang luar biasa dari Eugene Dubois.
Para ilmuwan yang mendukung teori manusia dari Eropa dibuat gelisah dan tak bisa duduk dengan tenang. Mereka pun menyatakan tidak percaya dengan penemuan Eugene dan mencurigainya.
Beberapa di antara para ilmuwan malah berasumsi bahwa fosil yang ditemukan Eugene di Indonesia adalah sepotong tulang dari kera atau hewan sejenis. Sedangkan yang lainnya menganggap fosil itu adalah tulang belulang manusia cacat.
Selain manusia Jawa temuan Eugene, tidak ada penemuan lain di Benua Asia maupun Benua Afrika. Akibatnya, di tengah kerasnya bantahan para ilmuwan Eropa, laporan Eugene lenyap. Sehingga teori yang dilontarkan Eugene hilang selama kurang lebih 30 tahun lebih.
Baca Juga :
Manusia Jawa yang diperkirakan hidup antara 700.000 hingga 1.200.000 tahun lalu, akhirnya diakui sebagai penemuan manusia purba yang berusia paling tua.