Uniknya Pacu Kuda Santri, Jokinya Berjubah dan Bercadar
Minggu, 7 Juni 2015 - 19:20 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Dyah Pitaloka
VIVA.co.id - Tidak kurang dari 150 ekor kuda pacuan berpartisipasi dalam pacuan kuda tradisional untuk lingkungan pondok pesantren di Desa Girimoyo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
Pacu kuda yang diikuti oleh peserta yang berjubah, sorban, dan bercadar ini, memberi kesan tersendiri. Terutama, saat menyaksikan para joki kuda berpacu lengkap dengan pakaian santrinya.
Ketua Pelaksana lomba, Roni Wibowo, mengatakan kegiatan silaturahmi jelang Ramadhan 2015, yang baru diadakan pertama kali ini digelar sejak Sabtu 6 Juni hingga Minggu 7 Juni 2015.
Dengan 17 race digelar setiap harinya, kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai tempat di Jawa dan Bali.
“Ini adalah pacuan kuda daerah, jadi ada nilai tradisional yang bisa dilestarikan, seperti pacuan kuda tradisional yang berkembang di pondok pesantren itu. Mereka sampai saat ini banyak yang tetap menunggang kuda jika hendak pengajian,” katanya, Minggu 17 Juni 2015.
Eksebisi khusus pondok pesantren yang diikuti enam pondok pesantren di wilayah Malang Raya, yakni Pondok Pesantren Darul Quran dari Temas Kota Batu, Umar bin Khatob di Kepanjen Kabupaten Malang, Al Dakwah, Beji Kota Batu, Kutub Al Falah, As Salam, dan Pondok Pesantren An Nashr, Beji Kota Batu.
Digelar dengan menggunakan baju sesuai tradisi pondok pesantren, mengenakan jubah dan sorban, serta cadar untuk joki perempuan, tanpa mengenakan pelindung kepala, atau helm.
Menurut peserta, mengaku bila pakaian berupa sorban, jubah maupun cadar untuk perempuan itu sudah merupakan sunah dari Nabi. Sebab itu, mereka juga mengenakannya saat perlombaan berlangsung.
“Itu (baju) adalah sunah Rasul, pertandingan ini juga sebagai bagian syiar mengenalkan olahraga menunggang kuda di dalam pondok pesantren. Bahwa jubah, surban, dan cadar tidak identik dengan hal yang buruk saja,” kata pengasuh pondok pesantren Tahfid Quran Darussalam An Nashr III, Sofyan. (asp)
Baca Juga :
Pacu kuda yang diikuti oleh peserta yang berjubah, sorban, dan bercadar ini, memberi kesan tersendiri. Terutama, saat menyaksikan para joki kuda berpacu lengkap dengan pakaian santrinya.
Ketua Pelaksana lomba, Roni Wibowo, mengatakan kegiatan silaturahmi jelang Ramadhan 2015, yang baru diadakan pertama kali ini digelar sejak Sabtu 6 Juni hingga Minggu 7 Juni 2015.
Dengan 17 race digelar setiap harinya, kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai tempat di Jawa dan Bali.
“Ini adalah pacuan kuda daerah, jadi ada nilai tradisional yang bisa dilestarikan, seperti pacuan kuda tradisional yang berkembang di pondok pesantren itu. Mereka sampai saat ini banyak yang tetap menunggang kuda jika hendak pengajian,” katanya, Minggu 17 Juni 2015.
Eksebisi khusus pondok pesantren yang diikuti enam pondok pesantren di wilayah Malang Raya, yakni Pondok Pesantren Darul Quran dari Temas Kota Batu, Umar bin Khatob di Kepanjen Kabupaten Malang, Al Dakwah, Beji Kota Batu, Kutub Al Falah, As Salam, dan Pondok Pesantren An Nashr, Beji Kota Batu.
Digelar dengan menggunakan baju sesuai tradisi pondok pesantren, mengenakan jubah dan sorban, serta cadar untuk joki perempuan, tanpa mengenakan pelindung kepala, atau helm.
Menurut peserta, mengaku bila pakaian berupa sorban, jubah maupun cadar untuk perempuan itu sudah merupakan sunah dari Nabi. Sebab itu, mereka juga mengenakannya saat perlombaan berlangsung.
“Itu (baju) adalah sunah Rasul, pertandingan ini juga sebagai bagian syiar mengenalkan olahraga menunggang kuda di dalam pondok pesantren. Bahwa jubah, surban, dan cadar tidak identik dengan hal yang buruk saja,” kata pengasuh pondok pesantren Tahfid Quran Darussalam An Nashr III, Sofyan. (asp)