Konflik Sektarian, Polisi Kerap Lakukan Pembiaran
- ANTARA/Fanny Octavianus
VIVA.co.id - Cendikiawan muslim Azyumardi Azra menilai, publik masih mempersepsikan polisi sebagai institusi yang cenderung defensif dan sering melakukan pembiaran ketika terjadi konflik yang berbau sektarian.
Padahal, di negara yang demokratis, polisi seharusnya menjadi 'kekuatan demokratis' yang bisa mempertahankan kedamaian dan ketenangan, serta mengurangi ketakutan karena rasa tidak aman.
"Menurut persepsi publik, Polri sering dinggap defensif, melakukan pembiaran. Kepolisian biasanya bilang enggak cukup personel, kira-kira alasannya seperti itu," kata Azyumardi dalam sebuah seminar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, Rabu 3 Juni 2015.
Mantan rektor Universitas Islam Negeri Jakarta ini mengatakan, untuk mengatasi masalah tersebut polisi memerlukan dukungan badan lain dan juga masyarakat sipil. Dengan dukungan publik, polisi bisa membangun kepercayaan sehingga bisa menciptakan lingkungan sosial yang lebih aman.
"Polisi harus memenangkan dukungan dan komitmen berbagai pemangku kepentingan publik seperti pemimpin politik, tokoh masyarakat, ormas, LSM. Misalnya NU dan Muhammadiyah, itu bisa dijadikan mitra," ujarnya menambahkan.
Menurut dia, polisi harus berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat atau komunitas. Kritik dan imbauan dari publik, katanya, harus disikapi polisi sebagai masukan untuk peningkatan, bukan dakwaan.
"Polisi yang baik menampilkan kepribadian dan sikap rendah hati, tidak
mentang-mentang dengan otoritas dan uniform-nya."
(mus)