Sepanjang Mei 2015, 444 Orang Papua Ditangkap

Ilustrasi Warga Papua.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA.co.id - Gerakan Papua Itu Kita mencatat sepanjang awal Mei 2015, 444 orang Papua ditangkap di beberapa kota di Papua. Penangkapan juga terjadi terhadap warga Papua di Manado dan Surabaya.

Kebanyakan mereka ditangkap saat tengah menggelar demonstrasi mendukung ULMWP (United Liberation Movement of West Papua) sebagai representasi Papua di MSG (Melanesia Spearhead Group).

"Aksi unjuk rasa itu menuntut pembebasan tahanan politik, dan kebebasan akses jurnalis ke Papua," ujar Zely Ariane, inisiator Gerakan PapuaItuKita kepada VIVA.co.id, Kamis 28 Mei 2015.

Meski sebagian dari mereka sudah dibebaskan, namun penangkapan belum juga dihentikan. Hari ini saja, kata Zely, puluhan orang Papua di sejumlah Kota kembali ditangkap. "Dua orang ditangkap di Nabire, lalu di Jayapura dan di Sorong," ucap Zely. 

Berikut rincian penangkapan yang dihimpun oleh Gerakan Papua Itu Kita:

1-10 Mei; 319 orang Papua ditangkap di Manokwari, Jayapura, Merauke, Kaimana, dan Surabaya.

11-20 Mei 2015; 95 orang Papua ditangkap di Sorong, Manokwari, Biak, Jayapura.

21-31 Mei 2015; 45 orang Papua kembali ditangkap di Biak, Jayapura dan Manado.

Kabar penyanderaan TNI lukai warga Papua

Pemberitaan seputar penyanderaan dua personel TNI oleh kelompok yang dituding anggota separatis Organisasi Papua Merdeka menjadi teror bagi orang Papua. Padahal, menurut Zely, kabar penyanderaan itu tidak benar.

"Berita semacam ini seringkali dibesar-besarkan dengan sumber hanya dari TNI/Polri. Padahal  menurut info yang kami terima tidak ada itu penyanderaan. Padahal kalau mau fair, kenapa enggak wawancara saja dua tentara yang katanya disandera itu," ujar Zely.

Menurut Zely, informasi yang kami terima bahkan menyatakan penelepon yang menamakan dirinya sebagai Pangdam Cenderawasih juga tidak jelas. Padahal, kata Zely, seharusnya TNI bisa langsung menelusuri kebenaran nomor penelepon tersebut.

"Buat keresahan orang Papua saja. Sampai dibilang dimasak segala. Itu meresahkan dan teror. Pernyataannya tentang telepon yang dia terima dari Danramil yang bahasanya anggota TNI sudah dimasak itu sungguh melukai orang Papua," kata Zely.

Pernyataan tersebut justru menimbulkan kesan negatif bagi orang Papua. "Seram loh akibatnya nanti. Publik digiring untuk percaya bahwa praktik kanibalisme masih ada di Papua. Itu rasisme struktural," ucap Zely gusar.

Sebelumnya santer diberitakan dua personel TNI yang lolos dari sandera kelompok yang dituding dari Organisasi Papua Merdeka. Mereka adalah Serda Lery, anggota Koramil Komopa dan Prada Sholeh, anggota Kostrad 303/Raider.

Menurut Kadispenad, Brigjen Wuryanto, keduanya disergap dan dibawa sejumlah orang bersenjata saat dalam perjalanan untuk belanja sembako untuk keperluan pos jaga.

Namun, saat dibawa kelompok bersenjata, keduanya berhasil meloloskan diri dengan melompat ke sungai. Mereka bersembunyi satu malam di rawa-rawa dan akhirnya ditemukan patroli satgas Batalion 303.

Wuryanto mengatakan, kondisi keduanya saat ini dalam keadaan sehat. Mereka sudah bergabung dengan satuan dari batalion 303.

"Kalau selama ini selalu bilang TNI fungsinya di Papua hanya jaga perbatasan, maka sudah konsentrasi saja di situ. Jangan buat komentar-komentar meresahkan dan menyesatkan. Jangan terus bodohi publik dan buat publik tambah bias terhadap Papua," ucap Zely. (ase)