Kisah Sri Sultan Bikin Pingsan Tukang Sayur

Pasar Tradisional di Kota Adelaide South Australia.
Sumber :
  • http://grahabelajar.blogspot.com/
VIVA.co.id
- Cerita dari mulut ke mulut  mengenai Sri Sultan Hamengkubuwono IX tentang kesederhanaannya banyak beredar di kalangan rakyat Yogya. Ada kisah menarik antara Sultan dan pedagang di Pasar Beringharjo sekitar tahun 1960-an.


Sri Sultan, yang fotonya terpampang di pecahan Rp10 ribu tahun emisi 1992, ini kegemarannya naik mobil, baik mobil besar maupun kecil. Dulu yang namanya angkutan kota tidak ada seragamnya, semua bentuknya sama.


Ketika Sri Sultan sedang berjalan-jalan dengan mobilnya ia dihentikan oleh seorang perempuan separuh umur. Ibu-ibu itu mengira Sri Sultan adalah sopir angkutan sayur. Mobil berhenti, Sri Sultan bertanya “Ada apa Bu…?”


“Ini Pak Sopir tolong naikkan karung-karung sayur saya mau antar barang ke Pasar Beringhardjo.” Sri Sultan yang mengenakan kaca mata hitam tersenyum dan turun ia pun mengangkut karung-karung sayur itu.


Setelah karung-karung sayur itu dinaikkan, ibu itu juga naik ke dalam mobil dan duduk di belakang.

Setelah sampai depan pasar Beringhardjo, Bapak Pramuka Indonesia ini turun dan mengangkut karung-karung itu sampai ke dalam pasar. Ibu itu berjalan di depannya. Seorang mantri polisi memperhatikan dengan cermat kejadian itu.

Setelah karung-karung sayur ditaruh di tempatnya, ibu itu bertanya, “Berapa ongkosnya, Pak Sopir?”

“Wah… Ndak
usah Bu.”

“Walaah…Pak Sopir…Pak Sopir kayak
ndak
butuh uang saja?”

“Sudah tidak bu, terima kasih.”

“Lho, kurang tho…biasanya saya kasihnya juga segini,” kata ibu itu yang mengira sopir itu menolak uangnya karena kecewa pemberiannya kurang.

Ndak
apa- apa, Bu. Saya cuma membantu”

“Sudah merasa kaya
to,
Pak Sopir
ndak
mau terima uang,” kata Si Ibu sinis. Sri Sultan tersenyum dan kemudian pamit keluar pasar.

 

Saat Sri Sultan pergi, ibu itu masih saja ngedumel. “Dasar Sopir gemblung dikasih duit
ndak
mau.” 


Mantri Polisi yang sedari tadi mengamati peristiwa itu mendekati ibu pedagang sayur itu. “Bu, tadi Ibu tahu bicara dengan siapa?”

“Dengan…siapa? Ya dengan Pak Sopir.
Piye to sampeyan iki
(gimana sih kamu)”

“Ibu tahu, tadi ibu bicara dengan
sing nduwe ringin kembar kuwi.
(yang punya beringin kembar itu).” Mantri Polisi itu menunjuk ke arah beringin kembar di depan keraton Yogya.


Kepala Si Ibu bagai disambar petir. Ia kaget langsung pingsan.


Sri Sultan juga sering mengendarai mobil sendiri dari Yogya-Jakarta kadang-kadang ke Bandung. Di tengah jalan dia dihentikan seorang polisi untuk pemeriksaan surat-surat.

 

Sang Polisi sinis karena mengemudi kok tidak sopan. Sri Sultan cuman pake celana kolor dan kaos singlet saja. Saat melihat SIMnya, sang Polisi kaget setengah mati dan langsung berdiri hormat langsung mempersilahkan jalan, Sri Sultan tertawa dan mengangguk pada Pak Polisi.