Menilik Sejarah Panjang Pasar Johar Semarang

Salah satu sudut bangunan konstruksi Pasar Johar Semarang yang terbakar
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id - Komunitas Pegiat Sejarah Semarang, Jawa Tengah mengusulkan agar renovasi Pasar Induk Johar Semarang pasca kebakaran, Sabtu, 9 Mei 2015 kemarin tetap mempertahankan bangunan asli. Sebab pasar yang pernah berjaya dan menjadi pasar terindah di Asia Tenggara ini masuk dalam cagar budaya langka di Kota Semarang.

"Jika pemerintah merenovasi kami minta pemugaran sesuai dokumen arkeologi bangunan yang tersimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah," ujar Ketua KSP Semarang, Yunantyo Adi kepada VIVA co.id , Senin, 11 Mei 2015.

Yunantyo menjelaskan dokumentasi arkeologi bangunan itu meliputi beberapa hal. Mulai dari volume, gaya atau model bangunan, luas bangunan hingga detail yang memang sudah tercatat di Balai Arkeologi Jawa Tengah.

"Termasuk teknologi bangunan itu kan sudah terdokumentasi. Karena ini cagar budaya, harus dilakukan pemulihan seperti dokomentasi awalnya," ucap dia.

Renovasi serupa, lanjut dia, pernah terjadi di pasar Gede Solo yang pernah mengalami kebakaran selama dua kali. Namun, tiap kali pemulihan pasar tersebut tetap memiliki keunikan dan bangunan cagar budayanya tetap dipertahankan.

"Kalau tidak dilakukan seperti itu melanggar Undang-Undang cagar budaya. Bisa saja pemerintah menyeleweng. Tapi harus melalui izin menteri kebudayaan," kata dia.

Sejarah panjang

Sebagai bangunan yang memiliki sejarah panjang, Pasar Johar karya arsitektur Belanda Thomas Karsten ini bahkan memiliki keunikan arsitektur bangunan yang tak ditemui di daerah lain. Tepatnya adanya  sebuah atap Cendawan berbentuk jamur. Konstruksi cendawannya pasar ini merupakan bukti pengkajian yang cermat dengan menyesuaikan dengan iklim tropis di negara Indonesia.

Sejarah Pasar Johar menurut buku Senarai Bangunan dan Kawasan Pusaka Kota Semarang: 2006 dimulai lebih dari seabad yang lalu. Pada tahun 1860 terdapat pasar yang menempati bagian timur alun-alun yang pada tepi jalannya dipagari oleh deretan pohon johar, lalu lahir nama Pasar Johar.

Lokasi pasar ada di sebelah barat Pasar Semarang yang disebut pula pasar Pedamaran. Lokasi ini berdekatan pula dengan penjara, sehingga menjadi tempat menampung orang yang akan menilik kenalan atau kerabat yang ada di penjara.

Pasar Johar menjadi semakin padat dan membutuhkan perluasan ruang. Setelah melalui proses pengkajian, akhirnya diadakan perluasan pasar johar dengan menebang pepohonan Johar dan membangun los baru.

Pada tahun 1931 gedung penjara tua yang terletak di dekat Pasar Johar dibongkar sehubungan dengan rencana pemerintah kotapraja mendirikan Central modern.

Pasar kemudian didirikan dengan tujuan mempersatukan fungsi lima pasar yang telah ada, yaitu Johar, Pedamaran, Beteng, Jurnatan dan Pekojan. Adapun tapak pasar yang akan direncanakan meliputi tapak pasar Pedamaran, Pasar Johar, ditambah tapak rumah penjara, beberapa toko, sebagian halaman Kanjengan dan sebagian lagi alun-alun.

Pada tahun 1933 dibuatlah usulan rancangan pertama oleh Ir. Thomas Karsten, yang bentuk dasar menyerupai pasar Jatingaleh dengan ukuran yang lebih besar. Pada tahap II terdapat susunan atap beton dengan bagian tertinggi berada di pusat. Bagian kulit dibuat bertingkat mengingat harga tanah yang sudah tinggi di kawasan tersebut.

Namun demikian rancangan tersebut diubah pada tiga tahun berikutnya dengan tujuan untuk mengadakan efisiensi. Karena belum memenuhi keinginan, maka rancangan ini pun diubah kembali dan gagasan konstruksi cendawan kembali dimunculkan. Rancangan yang terakhir inilah yang kemudian dibangun. Konon kabarnya Pasar Johar pernah tersohor sebagai pasar yang terbesar dan tercantik di Asia Tenggara.

Pada tahun 1960-an pernah diadakan perubahan berupa penempelan dinding tambahan pada sekeliling pasar. Hal ini menyebabkan tampilan arsitektur tidak serasi serta sistem ventilasi udara yang kurang lancar.