Menguak Asal Mula Walisanga

Ilustrasi Walisanga
Sumber :
  • Wikipedia
VIVA.co.id
- Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Mereka hidup pada abad ke 14 dari zaman akhir majapahit sampai kerajaan Demak. Mereka tinggal di pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.


Terdapat beberapa versi tentang asal usul dan keanggotaan Walisanga. Beberapa sumber tertulis masyarakat Jawa menceritakan tentang Walisanga, antara lain
Serat Walisanga
karya Ranggawarsita pada abad ke 19,
Kitab Walisongo
karya Sunan Dalem (Sunan Giri II) yang merupakan anak dari Sunan Giri , dan juga diceritakan dalam
Babad Tanah Jawi.

Selain itu juga ditulis di
Het Book van Bonang,
buku ini ada di perpustakaan Leiden-Belanda. Buku ini ditulis oleh Sunan Bonang pada abad 15 yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam. Suluk Linglung, kitab  karya Sunan Kalijaga..


Buku
Kropak Farara,
diterjemahkan oleh Prof. Dr. GJW Drewes ke dalam bahasa Belanda dan diterjemahkan oleh Wahyudi ke dalam bahasa Indonesia.  Kitab Walisanga, kitab yang disusun oleh Sunan Giri ini berisi tentang ajaran Islam dan beberapa peristiwa penting dalam perkembangan masuknya agama Islam di tanah Jawa.


Istilah walisanga masih diperdebatkan, belum ada dokumen yang dapat dijadikan rujukan secara pasti untuk menentukan mana yang benar. Selama ini dikenal istilah walisanga adalah nama sebuah dewan yang beranggotakan sembilan orang. Anggota Walisanga merupakan orang-orang pilihan yang dinamakan wali.


Istilah wali berasal dari Bahasa Arab,
aulia,
yang artinya orang yang dekat dengan Allah SWT karena ketakwaannya. Sedangkan istilah songo merujuk kepada penyebaran agama Islam ke segala penjuru. Orang Jawa mengenal istilah kiblat
papat limo pancer
untuk menggambarkan segala penjuru, yaitu utara-timur-selatan-barat disebut kiblat papat dan empat arah di antaranya ditambah pusat disebut
limo pancer.


Satu di antara versi tentang walisanga ditemukan dalam kitab
Kanzul Ulum karya Ibnu Bathutah yang tersimpan di perpustakaan istana Kasultanan Ottoman di Istanbul. Dalam kitab itu disebutkan, pembentukan Walisanga pertama kali dilakukan oleh Sultan Turki, Muhammad I. Ia menerima laporan dari para saudagar Gujarat di India bahwa di pulau Jawa jumlah pemeluk agama Islam masih sangat sedikit.

Maka berdasarkan laporan tersebut Sultan Muhammad I membentuk sebuah tim yang beranggotakan 9 orang, yaitu:  Maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki, ahli irigasi dan tata pemerintahan. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkan ahli pengobatan. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, berasal dari Mesir.

Maulana Muhammad  Al Maghrobi, berasal dari Maroko. Maulana Malik Isroil, berasal dari Turki, ahli tata pemerintahan. Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Iran, ahli pengobatan. Maulana Hasanuddin dari Palestina. Maulana Aliyuddin dari Palestina dan Syeikh Subakir dari Iran, ahli kemasyarakatan.


E.A. Indrayana, pemerhati sejarah kerajaan jawa, menulis dalam penelitiannya yang berjudul Carut Marut Hikayat Walisanga bahwa mereka disebut walisanga angkatan pertama yang datang ke pulau Jawa.  Ternyata Sultan Muhammad I tidak pernah menyebut tim tersebut dengan nama walisanga. Barangkali istilah walisanga berasal dari masyarakat.