Cara Unik Peringati Hari Pers Nasional

Polisi sedang memegang coklat dari wartawan saat aksi damai
Sumber :
  • VIVAnews/Zahrul Darmawan

VIVA.co.id - Sejumlah wartawan di Kota Depok menggelar aksi damai dengan membagi-bagikan coklat ke sejumlah pengendara dan polisi lalu lintas di kawasan Jalan Margonda Raya Depok, Senin 9 Februari 2015.

Aksi ini dilakukan dalam memperingati Hari Pers Nasional (HPN) ke-69 tahun.
Beragam pendapat pun diutarakan sejumlah pengendara yang mendapat coklat.

Umumnya, mereka berharap agar wartawan lebih kritis dan tidak memihak pada segelintir kelompok atau golongan. Pernyataan yang sama juga diucapkan salah satu dosen Jurnalistik dari Institut Ilmu Sosial dan Politik (IISIP) Jakarta, Lian Nasution.

"Semangat kerja dari mayoritas wartawan sudah hancur. Independensi dan usaha menggali kebenaran informasi telah luntur. Pers di Indonesia mengalami disorientasi dan cenderung kebablasan," ucap Lian yang saat itu kebetulan melintas di Jalan Margonda, lampu merah Arif Rahman Hakim.

Lian menilai, sejak media berubah jadi sebuah industri, hanya sedikit wartawan yang mampu mengimplementasikan tugas dan tanggung jawab profesinya. Sebagian besar wartawan lebih mengutamakan kebutuhan materi ketimbang bekerja sesuai kode etik jurnalistik.

Menurut dia, wartawan sudah tak banyak yang memihak pada kepentingan rakyat.

"Sekarang lebih banyak yang memihak kepada segelintir kelompok dan pemilik modal, atau bahkan kepentingan narasumber. Pemihakan yang melenceng itu sulit dikembalikan jika wartawan tak memiliki sikap tegas dan sadar bahwa berita yang dia buat itu bisa memengaruhi rakyat," kata Lian.

Dalam memperingati Hari Pers Nasional ini, Lian berharap segenap insan pers bisa kembali bekerja dengan semangat positif. Sebagai agen perubahan, semangat kerja wartawan harus berlandaskan kebenaran.

"Saya masih optimistis, pers di Indonesia bisa kembali bijak. Asal, para wartawannya bisa menjaga independensi," katanya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Kerja Wartawan (Pokja) Kota Depok, Feru Lantara, menilai, isi berita yang diproduksi para wartawan saat ini juga cenderung elitis. Padahal, wartawan seharusnya menggali informasi awal dari rakyat, bukan dari para pejabat.

"Fungsi para elite dan pejabat itu sebaiknya hanya untuk konfirmasi. Bukan sebagai isi pokok berita. Wartawan sebagai wakil masyarakat meminta pertanggungjawaban para pemangku kebijakan," ucap redaktur kantor Berita Antara ini usai membagikan coklat pada sejumlah pengemudi.

Di tempat yang sama, Wakil Ketua Pokja Depok, Hendrik Raseukiy, menambahkan, wartawan harus mengutamakan kepentingan masyarakat dalam menggali, mengumpulkan, dan mengolah informasi. Wartawan harus bisa bekerja sama dengan siapa pun, tak ada jarak.

"Acara bagi-bagi kue kepada para pengguna jalan raya ini bukan sekadar simbolisasi. Jalan merupakan sarana milik rakyat. Kami ingin menyampaikan, pers adalah milik semua orang. Kami bisa berteman dengan siapa saja, tak memandang jabatan dan status sosial," tambah Hendrik.

Puluhan wartawan dari bebagai media massa nasional, regional, dan lokal membagi-bagikan kue cokelat berbentuk hati kepada warga yang melintas di Jalan Raya Margonda, Depok.

"Kenapa kuenya berbentuk hati dan berasa cokelat? Itu merupakan representasi dari roh wartawan. Wartawan harus mencintai semua orang dan siap bermitra secara profesional dengan berbagai kalangan," jelas Hendrik. (one)

Baca juga: