Survei: Pemilih Pemula di Yogya Anggap Pemilu di RI Tak Jujur

Sosialisasi pemilu untuk pemilih pemula oleh KPU.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Basri Marzuki

VIVAnews – Pemilih pemula di Daerah Istimewa Yogyakarta menilai penyelenggaraan pemilu di Indonesia tidak jujur dan adil. Ini merupakan hasil survei tim peneliti Pusat Studi Hukum Konstitusi (PSHK) Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) yang dirilis Senin, 7 April 2014.

Dari 980 responden pemilih pemula atau pelajar SMA di DIY, sebanyak 46,73 persen beranggapan pelaksanaan pemilu di Indonesia selama ini tidak jujur. Sementara mereka yang menyatakan penyelenggaraan pemilu sudah berlangsung jujur adil sebanyak 20,82 persen.

“Penelitian dilakukan 10 -24 Maret 2014 di 19 sekolah setingkat SMA di kota dan kabupaten di DIY. Dari target 1.000 siswa, kami mendapatkan 980 responden,” kata Ketua Tim Peneliti, Anang Zubaidi, saat presentasi hasil survei persepsi pemilih pemula DIY terhadap politik uang.

Survei menitikberatkan pada politik uang yang banyak terjadi. “Survei dilakukan untuk melihat sejauh mana persepsi pelajar atau pemilih pemula di DIY dalam melihat fenomena politik uang di wilayah mereka,” ujar Anang.

PSHK menggunakan metode penyebaran angket dan kuesioner melalui tatap muka langsung, dan sampel diambil secara acak. Sebanyak 53 responden adalah perempuan dan 47 persen laki-laki.

“Karena pemilih pemula baru pertama kali akan ikut pemilu, umur responden yang berusia 17 tahun sebanyak 47,55 persen, usia 18 tahun 46,43 persen, dan 19 tahun 5 persen. Sisanya di atas usia 19 tahun tapi tetap masih duduk di bangku SMA,” kata Anang.

Uniknya, dari 980 responden, kendati sebanyak 81,12 persen menyatakan tidak pernah menerima pemberian politik uang, 35,75 persen di antaranya menyatakan akan menerima politik uang dan tidak akan melapor.

“Artinya di sini ada pemilih pemula yang paham soal dampak negatif politik uang, tapi tidak tahu efek yang lebih jauh. Itu artinya pendidikan politik juga sangat kurang disosialisasikan,” ujar Anang.

Dari hasil survei tersebut, diketahui 74,48 persen responden mengetahui tentang istilah politik uang dari berita televisi, 8,51 persen dari penjelasan guru di sekolah, 4,90 persen dari teman, dan 12,12 persen sisanya dari sumber lain.

Meski para responden menyatakan pemilu tidak jujur, mayoritas pemilih pemula sebanyak 78,66 persen menilai pemilu tetap penting sebagai sarana menyalurkan aspirasi.